Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kenang Semangat Cak Durasim Lewat Gelaran Budaya

Minggu, 28 Oktober 2018 – 14:59 WIB
Kenang Semangat Cak Durasim Lewat Gelaran Budaya - JPNN.COM
Pementasan ludruk tentang kisah Cak Durasim. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Nama Cak Durasim tak asing bagi masyarakat Jawa Timur. Nah, memperingati Sumpah Pemuda hari ini, sebuah penghormatan diberikan kepada tokoh asal Jombang itu kemarin malam di gedung yang dinamai sesuai namanya.

Acara diawali dengan pemutaran film dokumenter berdurasi 48 menit tentang pria yang sangat berjasa di dunia ludruk tersebut. Lalu, disusul orasi budaya dan ludruk. Cak Durasim diperankan Sabil Lukito. 

Berangkat dari kegelisahan terhadap sedikitnya data tentang Cak Durasim dan ludruk, M. Sakdillah mulai menggarap film dokumenter dengan dukungan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). "Kalau memang kita sepakat Cak Durasim itu pahlawan budaya, ya ayo kita gali," tegasnya. 

Selama pembuatan film tersebut, Sakdillah memperluas perspektif sejarah itu sendiri. "Jangan menunggu teks-teks di Leiden. Ya coba kita lihat keadaan Jombang, di mana Cak Durasim itu tumbuh," jelasnya. Melalui film tersebut, Rektor Unusa Achmad Jazidie berharap semangat Cak Durasim dapat dikenal dan ditiru masyarakat luas. "Melalui ini, kita juga melihat cara Cak Durasim mengkritik Nippon," ucapnya.

Peluncuran film tersebut juga dibarengi dengan orasi budaya dari pemerhati budaya, Nasrul Ilah dan Kacung Marijan. Kacung mengatakan, ludruk tidak hanya berkembang sebagai kesenian, tetapi juga sarana memotret keadaan masyarakat melalui humor. "Karena kalau apa adanya, orang suka tersinggung," tuturnya.

Dalam perkembangannya, Kacung mendorong ludruk untuk terus berkembang mengikuti era. Baik secara bentuk maupun penggarapan cerita. "Kalau tidak begitu, ya tidak survive," ungkapnya. Penggunaan bahasa Indonesia juga tak jadi masalah dalam ludruk untuk menjembatani penonton yang tidak menguasai bahasa Jawa. Nasrul Ilah juga sependapat. "Memang dulu kalau pakai bahasa Indonesia jadi ada aksen 's' yang berlebihan karena tidak biasa. Kalau sekarang tak jadi masalah," katanya.

Cak Nas, sapaan Nasrul, menegaskan bahwa ludruk sangat efektif jika digunakan untuk menyampaikan kebijakan pemerintah dan kritik. Pelaku ludruk zaman dulu bisa bergerilya beberapa jam sebelum penampilan untuk menangkap kritik-kritik di pasar. "Pagi nongkrong di pasar, malam sudah jadi penampilan," ucapnya. Orasi budaya itu dilengkapi penampilan remo cilik dan ludruk lakon Cak Durasim: Sang Pahlawan. (dya/c20/any) 

Berangkat dari kegelisahan terhadap sedikitnya data tentang Cak Durasim dan ludruk, M. Sakdillah mulai menggarap film dokumenter dengan dukungan Unusa

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close