Kenangan Lulut Kistono di Persebaya: Rp 30 Juta, yang Rp 20 Juta Dibagi
jpnn.com, SURABAYA - Laga melawan Persebaya Surabaya di ajang Piala Indonesia telah mengaduk-aduk emosi asisten pelatih Persinga Ngawi Lulut Kistono.
Pelatih 50 tahun itu memang punya hubungan emosional dengan Green Force. Dia merupakan pelatih Persebaya yang saat itu statusnya tak diakui PSSI.
Dia menjadi nahkoda sejak tahun 2015. Lulut bahkan rela tak digaji dan hanya mengandalkan fee dari undangan pertandingan.
"Saya masih ingat, kalau dapat Rp 30 juta, yang Rp 20 juta dibagi. Kemudian Rp 10 juta disimpan untuk kebutuhan latihan," katanya kepada Jawa Pos. Dia melakoni hal itu dengan mantan bek Persebaya, Mat Halil.
Lantas, mengapa Lulut sampai rela tak digaji demi Persebaya? Padahal selama masih aktif bermain, dia merupakan pemain andalan Arema FC.
Klub yang notabene adalah rival Persebaya. Ternyata, meski pernah bermain di Arema FC, darah Lulut tetap hijau.
BACA JUGA: 5 Kiat Atasi Stres dan Marah Usai Lihat Debat Capres
"Saya lahir di Surabaya. Apalagi saya dulu kan pemain jebolan tim internal Indonesia Muda. Itu klub pertama saya. Jadi ya nggak masalah," tegasnya.