Kepala KSP Soroti Model Kemitraan Peternakan di PT JAPFA
jpnn.com, JAKARTA - Kepala Kantor Staff Presiden Teten Masduki soroti model kemitraan broiler dan pembibitan wagyu yang dikembangkan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA).
Mantan pegiat antikorupsi itu melihat langsung model tersebut pada perhelatan Jambore Peternak yang berlangsung di Buperta Cibubur.
Perhatian Teten terhadap model kemitraan ayam terfokus kepada pendekatan yang digunakan oleh JAPFA.
Pasalnya model kemitraan memiliki titik rentan bukan pada pembagian keuntungan tetapi pada pembagian kerugian setelah budidaya.
“Kalau rugi yang menanggung siapa?” tanya Teten ketika mengunjungi stand JAPFA.
“Perusahaan yang akan menanggung kerugiannya pak. Dalam konsep kemitraan JAPFA, peternak menyediakan kandang, tenaga kerja, serta peralatan kandang, tentunya supply air dan listrik,” ujar Eri Kristianto, Head of Area 2 PT Ciomas Adisatwa (JAPFA Group).
Lebih lanjut Eri juga menjelaskan bahwa model kemitraan yang dilaksanakannya memberikan dukungan sepenuhnya kepada peternak mulai penyediaan pakan, DOC, vaksin, hingga memberikan dukungan tenaga teknis.
Menanggapi hal tersebut, Teten menyebutkan model kemitraan menjadi pendukung bagi para peternak terutama untuk menghindari kerugian dan kebutuhan permodalan yang cukup tinggi.
“Model ini (kemitraan) penting untuk peternak kecil. Sangat membantu mereka karena modal berat kalau harus ditanggung sendiri,”ujar Teten.
Masih dalam kesempatan yang sama, Teten menyoroti dua ekor sapi wagyu yang dibawa oleh JAPFA pada ajang tersebut.
Sapi wagyu yang berbobot sekitar 600 kg tersebut nantinya akan dipotong dan dikemas menjadi daging wagyu halal pertama di Indonesia dengan merek Tokusen Wagyu dan Bifuteki.
“Wagyu bisa digemukkan sapi bobot berapa?” tanya Teten.
“Produksi santori berat rata-rata 600 kg untuk wagyu siap potong.” ujar Anityo Yusman, Head of Sales and Marketing PT Santosa AGrindo (SANTORI).
Selain menyoroti pemasaran yang dilakukan oleh Santori menyasar target pasar Horeka (Hotel Restauran dan Katering), Teten juga menyoroti jumlah pedet sapi wagyu serta pemanfaatan produksi.
“Untuk pedet wagyu per tahun sekitar 4.000 ekor dan jumlahnya terus ditingkatkan. Sementara ini masih dimanfaatkan sendiri oleh Santori karena kebutuhannya masih tinggi,” jelas Anityo.
Selain unit usaha yang terintegrasi antara breeding dan feedlot, Santori juga memiliki rumah potong hewan tersendiri sehingga bisa memproduksi wagyu halal pertama di Indonesia. (dil/jpnn)