Kepiluan Keluarga Anggota Hamas yang Dibunuh di Malaysia
jpnn.com, KUALA LUMPUR - Kesedihan masih menggelayut di wajah Enas Al Batsh. Tak ada riasan di wajahnya saat melayani pertanyaan para jurnalis di rumahnya di Setapak, Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa malam (24/4). Itulah wawancara pertamanya setelah sang suami, Fadi Mohammad Al Batsh, dibunuh pada Sabtu pagi (21/4).
Fadi yang merupakan anggota Hamas ditembak mati ketika berjalan menuju masjid dekat rumahnya untuk mengimami salat Subuh. Dua pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor sudah menunggu setidaknya selama 10 menit untuk mengakhiri hidup Fadi.
Begitu Fadi, bapak tiga anak, muncul, mereka langsung menghujaninya dengan sepuluh tembakan. Fadi tewas di tempat.
’’Jika Allah mengizinkan, kami akan memulai hidup baru di Gaza,’’ terang Enas sebagaimana dilansir The Strait Times. Dalam wawancara tersebut, dia ditemani adik iparnya, Ramy Al Batsh, dan putra bungsunya, Mohammed.
Bocah berumur setahun itu asyik bermain dan berjalan menyusuri kursi yang diduduki Enas. Dia belum mengerti bahwa ayahnya tewas dengan cara yang mengenaskan. Enas dan Fadi memiliki tiga anak yang berusia antara 1–6 tahun.
Enas tak menyebut dengan detail alasan kepindahannya. Dia dan suaminya tinggal di Malaysia selama 10 tahun belakangan ini. Fadi selama ini menjadi dosen di British Malaysian Institute. Enas hanya menegaskan bahwa keputusan itu diambilnya demi kebaikan.
Pada media, Enas menyebut bakal tetap melanjutkan kuliah S-2 di Fakultas Pendidikan Universiti Malaya. Perempuan 31 tahun tersebut sudah mengajukan izin untuk menempuh kuliah secara online dari Gaza.
Karena Fadi, Enas bersikukuh terus melanjutkan pendidikan. ’’Keinginan suami saya adalah saya melanjutkan pendidikan,’’ ujarnya.