Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kepruk Kendil

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Rabu, 17 Agustus 2022 – 16:42 WIB
Kepruk Kendil - JPNN.COM
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Karena potensinya yang sangat besar, kelompok Islam bisa menjadi kekuatan yang dahsyat yang bisa mengalahkan apa saja. Karena itu kemudian ada upaya untuk menjadikannya kerdil.

Begitu kebebasan muncul melalui Reformasi, apa yang terpendam lama itu seolah meluap menjadi amarah. Seolah ada dendam terhadap masa lalu.

Maka berbagai gerakan muncul untuk menjadikan Islam sebagai kekuatan politik. Salah satunya dengan mengembalikan Pancasila kepada versi Piagam Jakarta 1 Juni 1945. Perdebatan Pancasila versi 1 Juni versus versi 18 Agustus yang menghilangkan ‘’tujuh kata’’, sampai sekarang masih tetap menjadi tarik-menarik yang ribut.

Di sisi lain, ada kelompok minoritas yang ingin menerapkan hak-haknya secara mutlak tanpa menyadari bahwa toleransi dan tenggang rasa sangat penting di tengah kondisi bangsa yang rapuh ini.

Ada segelintir orang yang sengaja mempergunakan kekuatannya untuk kepentingan sendiri. Kelompok ini menguasai resource ekonomi yang membentuk oligarki. Lalu oligarki ekonomi itu berkembang menjadi oligarki politik.

Risikonya adalah bangsa ini terbelah dalam polarisasi dua kubu, kadrun vs cebong. Persaingannya menjadi pertempuran kekuasaan, power game, yang berusaha saling menyingkirkan. Permainan menjadi mengerikan, zero sum game, winner takes all, pemenang akan meringkus semua, dan yang kalah akan dihabisi.

Power play antara kekuatan nasionalis versus kekuatan religius seolah tidak ada titik temu. Padahal Pancasila seharusnya bisa menjadi kalimatun sawa’ atau common denominator yang mempertemukan semua kekuatan itu. Indonesia bukan negara agama, tetapi bukan negara sekuler.

Pancasila menawarkan formula yang kompromistis. Sila pertama yang religius, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, menjadi payung bagi empat sila lainnya yang bersifat sekular.

Bangsa ini, persis seperti gambaran anak kecil yang sedang bermain kepruk kendil. Mata tertutup tak bisa melihat arah. Kita sering tersesat jauh dari sasaran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News