Keraton Surakarta Geger, Pengukuhan Batal
Pintu Didobrak, Tamu DiusirSOLO - Rencana pengukuhan KGPH Panembahan Agung (PA) Tedjowulan sebagai mahamenteri Keraton Kasunanan Surakarta diwarnai kericuhan, Senin (26/8). Acara yang dibalut halalbihalal itu dibubarkan paksa oleh pihak yang menamakan diri Lembaga Dewan Adat Keraton.
Awalnya, kubu dewan adat berusaha masuk melalui pintu utama Sasana Narendra. Lantaran pintu ditutup, mereka mendobrak pintu samping. Setelah berhasil masuk, mereka mengusir seluruh tamu undangan. Ketika kericuhan berlangsung, Paku Buwono (PB) XIII hingga Senin siang masih berada di kediamannya, Sasana Narendra, kompleks keraton kasunanan.
Radar Solo (Jawa Pos Group) melaporkan, konflik yang memalukan itu dipicu ketegangan antara kubu KGPH PA Tedjowulan dan dewan adat. Diketahui, dewan adat selama ini berseberangan dengan dwitunggal Paku Buwono XIII (PB XIII) dan Mahapatih Tedjowulan. Dewan adat menilai, dalam aturan di keraton, jabatan mahamenteri tidak ada. Sementara itu, menurut kubu PB XIII, pengukuhan Tedjowulan sebagai mahamenteri merupakan tindak lanjut rekonsiliasi 16 Mei 2012 dan 22 Mei 2012 yang ditandatangani di Jakarta.
Keributan kemarin dimulai ketika Ketua Lembaga Dewan Adat GKR Wandansari (Gusti Moeng) dan GKR Timoer Rumbay (Gusti Timoer) berusaha memasuki pintu utama Sasana Narendra sekitar pukul 09.00. Sebelum mereka masuk, pintu Palang Paten-Sasana Narendra ditutup para pengikut dwitunggal PB XIII, sehingga keduanya tidak bisa masuk. Mereka dibantu beberapa orang dan sempat menggedor-gedor pintu sambil berteriak keras.
"Saya anaknya dan saya tahu betul bapak saya. Tidak penting seperti ini. Saya sudah dua tahun tidak bisa ketemu dan bicara dengan bapak saya. Kenapa saya dihalang-halangi bertemu bapak saya?" teriak Timoer dengan nada marah sembari menggedor pintu.
Beberapa menit kemudian, sejumlah kerabat dari kubu Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta berhasil memasuki lokasi acara dengan menjebol pagar besi di sisi kiri bangunan utama keraton. Padahal, ratusan undangan, kerabat, dan abdi dalem telah berdatangan di lokasi. Lantas, seluruh tamu diusir paksa agar meninggalkan tempat. Dalam hitungan menit, seluruh lokasi acara dikuasai kubu dewan adat.
Bukan hanya para tamu yang diusir, sejumlah pembantu utama dan orang-orang kepercayaan PB XIII juga diusir. Bahkan, salah seorang yang diusir hanya mengenakan celana pendek dan handuk lantaran sedang mandi di dalam kompleks kediaman PB XIII. Sementara itu, PB XIII bersama permaisuri masih berada di dalam Sasana Narendra.
Pada kesempatan itu, Gusti Moeng menengarai adanya konspirasi dengan pihak luar keraton yang berusaha memperkeruh keadaan. Bahkan, menurut dia, keraton diancam diobrak-abrik orang-orang yang tidak bertanggung jawab. "Semoga ini yang terakhir untuk menyelesaikan permasalahan di keraton. Saya sendiri malu sekali," ujarnya.
Sebelum kericuhan terjadi, KRH Bambang Pradotonagoro, juru bicara dwitunggal PB XIII dan mahamenteri, menyatakan kepada wartawan bahwa pengukuhan Tedjowulan sebagai mahamenteri merupakan tindak lanjut rekonsiliasi 16 Mei 2012 dan 22 Mei 2012 yang ditandatangani di Jakarta. Penandatanganan tersebut juga disaksikan empat menteri, ketua DPR, Gubernur Jawa Tengah (saat itu) Bibit Waluyo, dan Wali Kota Solo (saat itu) Joko Widodo (Jokowi). Dengan kata lain, pengukuhan mahamenteri tersebut merupakan penjabaran hasil rekonsiliasi 2012.
"Saat ini kami sedang memikirkan untuk segera membawa Sinuhun (PB XIII). Sebab, beliau disandera pihak yang telah berbuat arogan tersebut. Kami mohon maaf kepada seluruh abdi dalem, kerabat, dan tamu undangan karena acara terpaksa kami tunda, mengingat situasi yang tidak memungkinkan," jelas Bambang.
Menyikapi situasi yang memanas itu, dia menyatakan telah menghubungi Tedjowulan beserta rombongan terkait dengan perkembangan situasi terakhir. Bambang telah memberikan masukan kepada Tedjowulan untuk membatalkan kedatangannya ke kompleks keraton karena situasi kurang kondusif.
"Saya khawatir, kalau beliau sampai datang ke keraton, situasi bisa semakin runyam karena bisa terjadi benturan yang besar. Karena itulah, kami beri masukan kepada beliau dan seluruh kerabat yang menyertai beliau untuk mengurungkan datang ke keraton hari ini (kemarin, Red)," ungkapnya. (edy/c5/kim)