Keren! Mewujudkan Mimpi Anak-anak di Lereng Merapi
Untuk menarik minat masyarakat, khususnya para pemuda, ikut mengajar, Nuno memutuskan untuk tidak menghilangkan kebiasaan kampingnya.
”Jadi, kami semacam open trip siapa yang mau ikut (jadi volunter). Malamnya kamping, besoknya ngajar anak-anak,” jelas dia.
Antusiasme masyarakat untuk terlibat ternyata cukup besar. Dalam sekali aktivitas, ada lima atau bahkan pernah mencapai 20 relawan yang ikut terlibat. ”Semua tidak dibayar. Keperluan ditanggung masing-masing.”
Uniknya, bukan hanya dari dalam negeri, minat menjadi volunter juga datang dari banyak turis mancanegara.
Mulai yang dekat seperti Singapura, Malaysia, atau Bangladesh hingga bule lintas benua seperti Rusia, Australia, Belanda, dan Inggris.
”Direktur English First (lembaga kursus berjaringan internasional yang berpusat di Swiss, Red) malah pernah ikut,” kata Nuno, lantas terkekeh.
Dalam menarik minat anak-anak untuk belajar, WAU mengonsep pembelajaran dengan permainan. Tak lupa, barang-barang bekas di sekitar jadi mediumnya.
Selain menghilangkan kesan bosan, cara tersebut dinilainya lebih mudah dipahami anak-anak.