Kerusuhan di Parlemen Hong Kong, Ulah Begundal atau Pahlawan Demokrasi?
jpnn.com, HONG KONG - Warga Hong Kong kalut sehabis insiden pendudukan gedung dewan legislatif. Mereka tak tahu apakah sekelompok pemuda yang membuat ruang sidang parlemen itu rusuh adalah pahlawan demokrasi atau pelaku kerusuhan. Yang jelas, Tiongkok maupun kepanjangan tangannya di Hong Kong bersiap untuk melacak semua pelaku vandalisme 1 Juli tersebut.
Kemarin subuh, Selasa (2/7) Chief Executive Hong Kong Carrie Lam menggelar konferensi pers di markas besar kepolisian Hong Kong. Wajahnya mengeras saat memberikan tanggapan mengenai upaya perebutan gedung pemerintah dari penjagaan polisi. Kepala daerah administratif khusus itu marah.
''Kemarin kita melihat dua pemandangan berbeda. Aksi damai yang sesuai dengan asas Hong Kong dan kerusuhan di gedung Dewan Legislatif,'' ujar Lam kepada South China Morning Post.
Senin (1/7) penduduk Hong Kong turun ke jalan untuk memperingati momen penyerahan Hong Kong dari Inggris ke Tiongkok sembari berdemo menuntut pencabutan RUU ekstradisi. Sebagian besar rakyat mengikuti barisan aksi damai yang berjalan dari Victoria Park menuju pusat kota tersebut.
BACA JUGA: Gelombang Demonstrasi Membesar, Hong Kong di Ambang People Power
Namun, sekelompok pemuda dengan masker dan helm proyek mengepung gedung pemerintahan. ''1 Juli seharusnya adalah hari bahagia untuk semua. Karena ini adalah momen Hong Kong kembali ke ibu pertiwi,'' bunyi pernyataan resmi Hong Kong and Macau Affairs Office.
Pemuda Hong Kong, tampaknya, tak setuju dengan pandangan pemerintah Tiongkok atau Carrie Lam. Mereka justru merasa makin putus asa. Sebab, setelah 2047, masa transisi kepemilikan Hong Kong habis. Saat itu semua sistem Hong Kong bakal ditentukan Partai Komunis.
Reaksi pemerintah sangat keras. Terutama Beijing yang menguasai pulau semi-otonom itu. Mereka meminta aparat benar-benar menindak semua yang terlibat dalam insiden tersebut.