Ketakutan Tika Bravani Memerankan Nyai Ahmad Dahlan
Dengan literatur yang sangat sedikit, dia beruntung mendapat bantuan dari keluarga keturunan Nyai Ahmad Dahlan.
Setelah melakukan riset terhadap pendiri Aisyiyah itu, Tika mengungkapkan bahwa Nyai Ahmad Dahlan punya napas perjuangan yang sama dengan Kartini, pahlawan emansipasi.
Hanya, cara berjuang mereka berbeda. Nyai lahir dan besar di Kauman, Jogjakarta, yang terkenal sebagai basis Muhammadiyah.
’’Anak-anak yang tinggal di daerah Kauman dulu cuma bisa mengaji. Sekolah nggak bisa. Padahal, kan perempuan itu madrasah bagi anak-anaknya,’’ tutur Tika.
Nah, tantangan terbesar di film ini, kata Tika, dirinya harus memerankan tiga fase kehidupan Nyai sekaligus. Tidak hanya melafalkan dialog, tetapi juga harus memperhatikan intonasi dan gestur tubuh.
’’Ibaratnya, saya harus membedakan saat mengeluarkan emosi di umur 50 tahunan dengan saat remaja,’’ jelasnya.
Meski sudah pernah memainkan tokoh biopik, Tika merasa kali ini lebih berat. Saat memerankan Fatmawati, dia merasa beruntung karena dia tidak menjadi tokoh sentral.
Berbanding terbalik dengan Nyai yang menjadikannya tokoh utama. ’’Saya di sini juga harus memainkan tokoh sepuh. Dan, lawan main saya itu lebih tua daripada saya. Nah, saya harus bisa lebih baik daripada dia,’’ imbuhnya. (jpg)