Ketidakhadiran Gibran di Dialog Muhammadiyah Dianggap Melecehkan
Sikap Gibran tersebut menurutnya harus menjadi catatan terutama bagi anak-anak muda. "Perilaku seperti ini jangan dicontoh," lanjut Ferdinand.
Dia menilai Gibran seharusnya menghormati PP Muhammadiyah yang membuka ruang diskusi dan ingin menggali pemikirannya terhadap bangsa, terkait masalah ekonomi, politik, situasi nasional maupun global.
"Supaya kita tahu calon pemimpin yang akan kita pilih ini berkualitas atau tidak. Namun, sayangnya Gibran, anaknya Pak Jokowi, tak hadir di acara yang dibuat PP Muhammadiyah," tuturnya.
Ferdinand meyayangkan absennya Gibran. Sebab, dia yakin publik juga menunggu-nunggu diskusi terbuka yang melibatkan akademisi, kalangan intelektual, hingga tokoh agama tersebut.
Forum semacam itu menurutnya juga menjadi sarana bagi publik untuk mengetahui isi kepala, isi otak, pikiran, dan isi hati dari calon pemimpin yang menyatakan dirinya siap menjadi pemimpin.
"Namun, kalau tidak siap membuka isi kepala, isi otak, isi hati dan pikirannnya di ruang pubik, calon pemimpin macam apa itu?" ucap Ferdinand mempertanyakan.
Mantan politikus Demokrat itu menyebut ketidak hadiran Gibran juga tidak dapat diterima lantaran Cawapres RI pendamping Prabowo tersebut selalu distigmakan sebagai representasi anak muda.
Hal itu tidak dapat diterima karena yang namanya anak muda sejatinya pemberani, petarung, berkualitas, tidak pernah meningalkan, lari, apalagi tak berani mendatangi gelanggang.