Ketika Novelis Aguk Irawan "Berjihad Literasi" di Pesantren Baitul Kilmah
Perjuangannya tak sia-sia. Sejauh ini Baitul Kilmah sudah meluluskan tujuh angkatan. Tiap angkatan terdiri atas sebelas santri.
Adapun kurikulum belajarnya hanya dibatasi dua tahun. "Kalau sudah dua tahun, mereka dianggap sudah mandiri. Bisa mencari uang sendiri dengan ilmu literasi yang didapat dari sini," jelas bapak dua anak itu.
Meski bercikal bakal sanggar yang mengajarkan praktik penerjemahan, ungkap Aguk, para santri di Baitul Kilmah tidak hanya diajari mengalihbahasakan. Mereka bebas mempelajari berbagai karya sastra yang disuka. Boleh cerpen, novel, atau puisi.
Akibat keterbatasan tempat, Aguk mengaku tidak bisa menampung semua santri. Saat ini dia memondokkan para santri di rumah pribadinya di Kasongan. Tapi, dalam waktu dekat mereka memiliki pondok pesantren baru. Aguk tengah membangun rumah joglo di Jalan Parangtritis Km 8, Jogjakarta.
Saat ini pembangunan Pondok Baitul Kilmah telah memasuki tahap penyelesaian. Kerangka bangunan dan atap selesai dibangun. "Tinggal pasang keramik, jendela, sama pintu. Kalau sudah selesai, seluruh santri bakal pindah ke sana," katanya. (*/c9/ttg)