Ketua DPR: Prangko Bisa Dijadikan Investasi
Pertama kali diselenggarakan pada tahun 2015 dengan tema '70 Tahun DPR RI'. Berlanjut setiap tahunnya menjadi agenda tahunan DPR RI. Tahun 2016 dengan tema'Politik dalam Prangko, tahun 2017 Prangko dalam Kebhinekaan, tahun 2018 Prangko dalam Kepahlawanan, dan 2019 kembali menggelar Politik dalam Prangko.
"Hobi mengumpulkan filateli sama saja dengan hobi merawat memori bangsa. Karena dengan mengumpulkan filateli yang terdiri dari perangko dan berbagai benda pos seperti Sampul Hari Pertama, kita bisa mendapatkan gambaran kehidupan bangsa pada masa itu," tutur Bamsoet.
Khusus mengenai filateli, Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menerangkan, sebagai bagian dari strategi komunikasi, filateli bisa mempresentasikan pesan-pesan demi tercapainya tujuan pembangunan.
Apabila dikaji dengan pendekatan semiotika, filateli juga bisa dijadikan bahan menggali kembali identitas Indonesia sebagai sebuah bangsa.
"Pada filateli terdapat pesan yang merupakan konsep ide yang melekat kuat atas nilai dan makna, yakni sebagai benda budaya sekaligus menjadi salah satu icon kedaulatan negara. Filateli dapat digunakan sebagai dasar dalam mengungkap fakta sejarah perkembangan dunia yang di dalamnya terdapat identitas sebuah bangsa dan menggambarkan kondisi sosial, budaya dan politik," terang Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini meyakini, eksistensi Filateli tidak akan mati meskipun dihadapkan pada banyak kemudahan dalam berkirim surat melalui media elektronik.
Seiring kemajuan zaman, fungsi filateli menjadi lebih luas, mulai dari pengiriman surat, komoditas dagang hingga alat diplomasi.
"Sebagaimana pernah dilakukan di tahun 2005, untuk memperkuat hubungan diplomasi Indonesia dengan Jepang, diterbitkan prangko bergambar Candi Prambanan dan Gunung Fuji. Masih banyak desain prangko yang menggambarkan hubungan diplomatik Indonesia dengan berbagai negara," urai Bamsoet.