Ketum Gelora Khawatir Indonesia Terjebak Perang Supremasi AS Vs China
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta menyatakan Indonesia harus bisa mengantisipasi agar tidak menjadi 'residu' dari 'perang' supremasi antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Hal itu dikatakan Anis dalam Webinar Moya Institute bertajuk “Dampak Berkuasanya Kembali Taliban Bagi Keamanan Indonesia", Jumat (10/9).
Selain Anis Matta, Webinar itu juga diisi oleh Mantan Duta Besar RI untuk PBB Prof. Dr. Makarim Wibisono, Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim,Pengamat Politik Internasional Prof. Imron Cotan dan Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto sebagai pemantik diskusi.
Anis mengatakan, Indonesia harus mewaspadai dampak perang supremasi itu, sebab negeri ini dekat dengan salah satu spot perang supremasi tersebut, yakni Laut Cina Selatan.
Dan guna mengantisipasi perang supremasi itu, Anis memberi catatan penting bagi Angkatan Petang atau Militer Indonesia
"Ingat, di Militer Indonesia ini, sudah puluhan tahun tidak punya pengalaman perang yang besar," ujar Anis.
Hal penting berikutnya yang perlu diwaspadai, sambung Anis, adalah ketimpangan ekonomi. Berdasarkan pengamatan Anis, ketimpangan ekonomi di Indonesia terkait dengan dua isu lainnya, yakni agama dan etnis.
"Sebab, kemiskinan ini banyak dialami oleh umat Islam, dan yang dominan di perekonomian adalah etnis Cina. Isu ini, bila dimanfaatkan oleh global player yang masuk, akan menciptakan kekacauan di negeri ini. Maka, pemerintah harus menangani ini secara serius," ujar Anis.