Khawatirkan BUMN Gagal Bayar, Fadli Zon Anggap Model Pembangunan Pemerintah Manipulatif
jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPR RI Fadli Zon kembali menyoroti utang badan usaha milik negara (BUMN) yang bejibun. Legislator Gerindra itu mengkhawatirkan BUMN yang menanggung utang besar bakal mengalami gagal bayar gara-gara krisis akibat pandemi Covid-19.
Menurut Fadli, BUMN yang seharusnya bisa jadi alat intervensi negara dalam perekonomian justru sedang menghadapi risiko gagal bayar yang serius akibat kesalahan pemerintah dalam lima tahun terakhir.
Menyitat data Bank Indonesia (BI), Fadli mengatakan bahwa dalam lima tahun terakhir total utang luar negeri seluruh BUMN terus mengalami kenaikan. Hingga April 2020, nilai utang luar negeri BUMN mencapai USD 55,3 miliar atau setara Rp 775 triliun (kurs USD setara Rp 14 ribu).
“Jumlah itu mencapai lebih dari seperempat total utang luar negeri swasta yang mencapai USD 207,8 miliar, padahal pada 2014 total utang BUMN masih ada di angka USD 30,7 miliar,” ujar Fadli melalui layanan pesan, Kamis (9/7).
Wakil ketua DPR periode 2014-2019 itu menambahkan, pandemi Covid-19 telah menggerus pendapatan hampir seluruh BUMN. Sementara jumlah utang jatuh tempo pun tak sedikit.
Fadli menjelaskan, pada periode Mei hingga Desember 2020 ada 13 BUMN yang memiliki obligasi jatuh tempo. Yang paling besar nilainya adalah Bank Tabungan Negara (BTN), yaitu Rp5,4 triliun, disusul Pupuk Indonesia (Rp 4,1 triliun).
“Kalau BUMN menghadapi risiko gagal bayar, pemulihan ekonomi kita akan kian sulit,” sebutnya.
Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR itu lantas mencontohkan Garuda Indonesia. Seharusnya maskapai flag carrier itu membayar obligasi berbasis syariah atau sukuk global sebesar USD 500 juta, namun terpaksa harus merestrukturisasinya.