Kinerja Pelatih Juga Harus Dievaluasi
Selasa, 15 Juli 2008 – 12:46 WIB
Itu terjadi karena Edi merupakan satu-satunya lifter proyeksi Olimpiade yang tak mampu mendapat emas di PON. Atlet yang turun di kelas 69 kg itu hanya mampu meraih perak setelah dia urung melakukan angkatan ketiga akibat waktu habis.
Dia mengaku tidak berbuat banyak saat itu. Sebab, yang mendampingi atlet adalah pelatih pelatda. Edi sendiri ditangani oleh pelatih Kaltim, Lukman. Yang membuat Sori berang, Lukman sebagai pelatih ternyata tak ikut mendampingi lifter kembali ke Jakarta.
Hingga kemarin, Lukman yang juga berstatus pelatih pelatnas Olimpiade 2008 Beijing tak kelihatan batang hidungnya di Pintu Kuning, Senayan, tempat lifter pelatnas latihan. ”Pelatih profesional harusnya tidak perlu banyak bicara. Dia harusnya memberi informasi yang penting-penting saja. Udah gitu, dia tidak ikut pula kembali ke Jakarta,” bebernya.
Akibat kegagalan merebut emas di PON Kaltim 2008, mental Edi menurut Sori sempat down. Berbeda dengan lifter-lifter lainnya, Edi justru lebih banyak termenung. Saat menjalani latihan, dia juga terlihat tidak bersemangat pada awal-awal latihan. Beruntung, Edi akhirnya bisa memahami kegagalannya itu.
”Kami mengatakan kalau kegagalan kemarin merupakan kesalahan pelatih. Jadi tak perlu menyesali diri. Dan dia kelihatannya sudah bisa menerima hal itu,” terangnya.
Terpisah, Rosihan Arsyad, chief de mission Pelatnas Olimpiade, mengaku belum secara resmi mendapat laporan. Namun, dia menjelaskan bahwa kegagalan atlet itu harus diselidiki. ”Kalau memang atletnya yang kurang ya harus dicari yang lebih baik. Sama juga dengan pelatih,” ucapnya.