Kisah Anak-Anak Panti Korban Sodomi Jadi Pelaku Sodomi Berjamaah (4)
Mereka mengetahui Panti YPAB kedatangan tamu-tamu kecil. Mereka ingin menengoknya kembali setelah sehari sebelumnya mereka menangani pemeriksaan medis perdana bagi para balita itu. "Oh, sudah dingin ini," kata dr Siska, dokter umum RSBK saat menyentuh kening Za.
Pada pemeriksaan pertama, dokter mendapati anak itu tengah demam. Ia juga mengalami diare. Perutnya buncit membusung. Namun, badan, tangan, dan kakinya kurus.
Ana meletakkan Za di atas kasur kecil. Di kasur itu juga tengah berbaring seorang bayi perempuan. Bayi perempuan ini sudah menjadi penghuni Panti YPAB sebelum para balita asal Panti Asuhan Rizki Khariunnisa itu tiba. Ia ditinggal ibunya selepas proses kelahiran selesai.
Za bergerak-gerak di atas kasur. Ia lalu berguling-guling sampai ke lantai. Di atas lantai itulah, ia baru diam tak bergerak-gerak. Dua ekor matanya memandang para tamu.
"Tuh kan sudah di bawah lagi. Dia ini berapa kalipun diletakkan di atas kasur tetap bergeser lagi ke lantai," kata Ana.
Bukan hanya Za yang berlaku demikian. Il yang berbadan lebih besar ketimbang Za juga kerap kali bergeser ke lantai. Ana dan suaminya bergegas meletakkan mereka kembali ke kasur. Sebab, lantai terlalu dingin bagi mereka. Panti Anak YPAB memang dilengkapi dengan mesin pendingin ruangan.
"Sepertinya, dia memang sudah biasa tidur di lantai. Pantas masuk angin," tutur Ana.
Kalau soal tidur di lantai, tim evakuasi Panti Asuhan Rizki Khairunnisa sudah terlebih dahulu mengetahuinya. Dua relawan sosial sempat melakukan survei beberapa hari sebelum evakuasi dilakukan. Ketika itulah, mereka menemukan sejumlah anak tergeletak di lantai rumah.