Kisah Dua Keluarga Muslim Berpuasa di Tengah 2000 Warga Hindu
Hal serupa dikatakan Aspar yang tinggal di bagian utara Desa Jati Bali. Kehidupan Aspar kurang lebih hampir sama yang dirasakan oleh keluarga Taufik. Hanya bedanya, bapak anak satu ini ia tinggal bersama istri dan anaknya di rumah yang terpisah dari mertuanya. "Istri saya dulunya juga Hindu, namun pas nikah, dia pun ikut dengan saya," ujarnya.
Mengenai urusan ibadah, pria 26 tahun ini merasa tetap nyaman meskipun di sebelah kiri kanannya adalah umat Hindu. "Bahkan saat puasa, mereka juga tetap menghargai kami yang lagi puasa. Jadi tidak ada yang makan di tempat terbuka," ungkapnya.
Sementara saat salat tarawih tiba, Aspar bersama istrinya terpaksa keluar menuju desa tetangga yakni di Desa Amoito Siama. "Kalau mau tarawih kami pergi di masjid Amoito, tapi kalau berbuka puasa, di rumah saja," imbuhnya.
Selama empat tahun lamanya, iapun sudah mulai terbiasa hidup berdampingan dengan umat berbeda agama. “Kalaupun saya lihat secara tidak sengaja (mereka makan), saya langsung maklum kalau saya berada di lingkungan dua agama," bebernya.
Sementara itu, Ketut Sukarma, mertua Aspar mengatakan, pihaknya tetap menghargai ibadah yang dianut anak dan menantunya di saat Ramadan. Sebagai orang tua, ia tetap menghargai keyakinan anaknya. Pria 47 tahun ini menambahkan, keakuran dan keharmonisan antar umat berbeda agama itu diwujudkan melalui rasa saling menghormati yang cukup tinggi. "Yang penting tujuannya baik," ujar Sukarma. (kamaluddin/adk/jpnn)