Kisah Istri Seorang Debt Collector, Minta Cerai karena Udah Gak Kuat...
Aktivitas melabrak itu membuat Karin vs Donjuan bertengkar. Maklum, Karin mempunyai pikiran untuk apa para peminjam itu melabrak Donjuan.
“Laopo labrak nak omah, mending langsung ke bank atau kantor perusahaan yang ngutangin saja. Suami saya itu cuma nagih aja tugasnya,” katanya.
Yang membuat Karin kewalahan, seringkali Donjuan babak belur pulang dari menagih utang lantaran dipukul oleh warga atau orang yang ditagih. Jika kondisi demikian, maka yang susah juga Karin. Dia mengaku harus mengeluarkan uang ratusan ribu untuk mengobati Donjuan. “Terus siapa yang nanggung kalau begitu?, bosnya? Banknya? Enggak kan?” cetus Karin.
Melihat kondisi kehidupan yang tidak pernah tenang, Karin sempat mengungkap keinginannya supaya Donjuan berhenti dari sebagai debt collector. Karin menyarankan usaha jualan atau lainnya. Namun, usaha itu gagal. Donjuan bersikukuh melestarikan profesi itu lantaran penghasilannya banyak serta tidak perlu ngantor seharian full seperti pekerja lainnya. “Benar uang tidak pernah kurang, tapi apa gunanya hidup tidak tenang,” katanya.
Kendati demikian, Karin mengaku meski terlihat keras dan garang, Donjuan adalah seorang suami dan ayah yang penyayang. Donjuan tidak pernah marah pada dia dan kedua putrinya. Puncak kemarahan Karin terhadap pekerjaan Donjuan ini terjadi ketika melihat putri pertamanya, sebut saja namanya Mira diporoti dan dianiaya oleh teman di kelasnya. Tapi, Mira menutup diri dan menuruti apa yang diminta oleh rekannya.
Ketika Karin tahu, dia langsung berpikir bahwa kondisi demikian adalah bagian dari karma yang dilakukan Donjuan terhadap para peminjam. Karin berpikir bahwa orang yang utang itu lagi kesusahan dan dalam keadaan tertekan. Ini sungguh tidak adil, jika Donjuan menarik utang secara paksa pada peminjam. “Saya sudah menyuruh suami berhenti, tapi tidak digubris. Daripada nanti anak cucu saya kena karma ulah ayahnya, mendingan bercerai saja,” katanya. (*/no/flo/jpnn)