Kisah Jurnalis AS Meliput di Korut, Jendela Selalu Ditutup
jpnn.com, SEOUL - Koresponden CNN Will Ripley sudah 18 kali berkunjung ke Korea Utara (Korut). Tapi, kunjungan terakhirnya awal pekan lalu sangat berbeda.
Ripley berada dalam rombongan yang berisi sekitar 20 jurnalis dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Tiongkok, dan Rusia. Mereka diundang untuk melihat penghancuran tempat uji coba nuklir di Punggye-ri, Korut.
Pesawat yang mereka tumpangi tak mendarat di Pyongyang seperti biasanya. Pesawat sewaan itu landing di Wonsan yang berjarak 370 kilometer dari ibu kota pada Selasa (22/5).
Bandara Wonsan tampak baru direnovasi. Warna merah dan biru seperti bendera Korut mendominasi berbagai sudut. Ripley memperkirakan pemerintah Korut berencana menjadikan kota yang terletak di tepi pantai tersebut sebagai tujuan wisata. Itu tergambar dari banyaknya hotel untuk turis asing yang bermunculan.
Kalma Hotel yang disiapkan untuk tempat menginap para jurnalis itu masih sepi. Mereka plus pegawai Korut yang ditugaskan sebagai pendamping adalah satu-satunya rombongan yang menginap.
Sebelum berangkat, isi tas mereka digeledah. Satu-satunya yang diambil adalah alat pengukur radiasi.
”Kami berangkat ke lokasi uji coba nuklir Punggye-ri beberapa menit lagi. Sampai ketemu lagi saat kami sudah selesai,” cuit Ripley sesaat sebelum meninggalkan hotel di Wonsan.
Delapan jurnalis Korsel baru dapat izin pada detik terakhir. Tepatnya setelah Presiden Korsel Moon Jae-in bertemu dengan Presiden AS Donald Trump untuk meyakinkan bahwa pertemuan dengan Korut bisa tetap berlangsung. Mereka langsung ikut rombongan untuk naik KA ke Punggye-ri.