Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kisah – kisah Mistis Buaya Terkam Manusia, Pantang Mandi tanpa Busana dan Cuci Kelambu

Senin, 01 Juli 2019 – 14:27 WIB
Kisah – kisah Mistis Buaya Terkam Manusia, Pantang Mandi tanpa Busana dan Cuci Kelambu - JPNN.COM
Buaya. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

Sambil menikmati secangkir kopi yang disuguhkan di teras rumah kayu sederhana, Jamal yang hari itu mengenakan kaos berwarna cokelat, tak kuasa menahan air matanya saat bercerita tentang putra kesayangannya.

Karena bagi Jamal, anak ketiga dari enam bersaudara itu, adalah anak yang sangat penyayang. Bahkan anaknya selalu berbagi makanan dengannya, dengan selalu menyisakan jajanan yang dibelinya, untuk disantap Jamal usai bekerja di ladang.

Ditemani sang istri, Jamal melanjutkan ceritanya sambil terus mengusap air matanya. Dikatakan, setelah mengetahui anaknya jadi korban terkaman buaya, Jamal langsung meminta istrinya menghubungi keluarganya di Sulawesi Tengah untuk meminta bantuan.

Melalui penerawangan jarak jauh, Jamal menyebut keluarganya memastikan anaknya akan ditemukan keesokan harinya, namun dengan wujud berbeda atau sudah meninggal dunia.

“Ada keluarga kami yang merupakan sandro (dukun) di kampung sana. Dikatakannya, buaya yang menerkam anak kami masih kalah kasta dengan nenek moyang kami yang berada di sungai itu. Makanya anak kami dikembalikan,” tuturnya.

Diceritakan Jamal, setelah melakukan ritual membuang telur ayam kampung usai mengetahui anaknya hilang di sungai, malam harinya Jamal bermimpi bertemu dengan anaknya. Namun seluruh tubuh anaknya sudah berwarna hitam. Saat ingin bertanya kepada anaknya mengapa kondisinya seperti itu, tiba-tiba buaya datang dan menyambarnya.

Bukan dirinya saja yang bermimpi. Sang istri Diana (32), juga diberi petunjuk melalui mimpi yang melihat tiga ekor buaya berwarna hitam di tengah sungai. “Istri saya juga mimpi melihat nenek di sungai dekat anak kami diterkam. Dalam mimpinya, sang nenek meminta maaf telah membuat anak kami meninggal,” cerita Jamal yang langsung dibenarkan istrinya.

Andito sendiri, terang Jamal, sebenarnya sudah memberikan isyarat akan kepergiannya. Karena sehari sebelum diterkam buaya, Andito sempat meminta untuk memijat pamannya. “Nanti saya (Andito) tidak bisa pijatin paman lagi. Namun pamannya hanya tertawa dan tidak memedulikan omongan Andito,” kenang Jamal.

Sudah beberapa kasus warga Kampung Tabalar Muara, Berau, Kaltim, diterkam buaya penghuni Sungai Tabalar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News