Kisah Memilukan Pengguna Tinder: Diperkosa Tiga Kali di Suatu Pagi
Investigasi program Four Corners dan Hack menghubungi 90-an mantan staf perusahaan induk Tinder, Match Group, untuk mendapatkan penjelasan tentang cara mereka menanggapi laporan. Lima orang di antaranya setuju menjelaskan tapi tak bersedia disebutkan namanya.
Mereka mengatakan tim keamanan di perusahaan itu kekurangan sumber daya dan kewalahan dengan beban kerjanya. Artinya, laporan kekerasan seksual terkadang luput dari perhatian.
Mereka menjelaskan Tinder tidak dapat melarang seseorang dari platform mereka karena hal itu melibatkan pelarangan alamat IP pengguna, nomor yang ditetapkan untuk setiap perangkat atau jaringan, dan nomor tersebut hanya bertahan hingga 90 hari sebelum diubah.
Selain tidak adanya tindak lanjut, investigasi Four Corners dan Hack juga menemukan bahwa desain aplikasi ini ternyata membantu predator seksual menutupi jejak mereka.
Tinder mengizinkan pelanggar menggunakan fungsi 'tidak cocok' untuk memblokir korban mereka setelah pemerkosaan. Hal itu akan menghapus jejak komunikasi mereka sebelumnya.
Itulah yang terjadi pada Brooke yang sempat berkencan tiga kali dengan seorang pria yang dikenalnya melalui Tinder pada tahun 2017.
"Kami ke tempatnya dan saya ketemu dengan neneknya yang tinggal di sana. Kami sempat minum teh dan bersantai," kata Brooke.
Pada kencan ketiga, mereka pergi jalan-jalan. Pria itu menghentikan kendaraan di tempat sepi. Brooke meminta mereka pulang. Tapi dia malah melemparkan telepon Brooke.