Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kisah Mengharukan Hadiah Natal dan Titik Balik Kehebatan Muhammad Ali

Minggu, 05 Juni 2016 – 20:06 WIB
Kisah Mengharukan Hadiah Natal dan Titik Balik Kehebatan Muhammad Ali - JPNN.COM
Muhammad Ali saat sebelas hari sebelum menjalani pertarungan The Rumble in the Jungle melon George Foreman di di Kinshasa, Zaire. FOTO: AFP

jpnn.com - SETIAP orang punya garis kehidupan sendiri-sendiri. Banyak yang percaya itu sudah ditentukan. Begitu juga petinju legendaris Muhammad Ali yang mengembuskan napas terakhirnya Sabtu (4/6). Ya, bisa jadi Muhammad Ali tak akan menjadi petinju yang begitu menakutkan jika dia tak kehilangan sepeda hadiah natalnya pada Oktober 1954 silam. 

Pencurian seeda itu seolah menjadi titik balik hidup Muhammad Ali.

Saat itu langit wilayah Louisville, Kentucky, Amerika Serikat mendung. Hujan pun turun. Kondisi itu tidak menghalangi rencana bocah 12 tahun bernama Cassius Clay (nama kecil Muhammad Ali) datang ke sebuah bazar. 

Usai mendapatkan apa yang menjadi incarannya, permen dan popcorn gratis, dia bersama temannya menghampiri sepeda yang diparkirnya di Columbia Auditorium untuk pulang ke rumah.

Namun, betapa kagetnya dia. Sepeda berwarna merah yang baru saja diberikan sang ayah sebagai hadiah Natal, hilang dicuri. Dengan sangat marah, Ali berusaha mencari sepeda tersebut. Dia kemudian pergi ke gym sekitar auditorium untuk menemui seorang polisi bernama Joe Martin.

"Dia bilang, 'Aku akan menghajar orang yang mencurinya'. Saya lalu bilang, 'Kamu harus belajar tinju dulu sebelum menghajar seseorang'," ujar Martin seperti dikutip dari Bleacher Report. 

Setelah membantu Ali kecil membuat laporan kasus pencurian, Martin memberi formulir anggota gym kepadanya. Martin ketika itu memiliki program acara tinju Tomorrow's Champions di televisi lokal.

Jika ada yang memprediksi bocah 12 tahun dengan berat 40 kilogram dari Louisville itu akan menjadi juara dunia tinju, maka dia akan dianggap sebagai orang gila. Tapi, tidak bagi Martin. Dia melihat adanya talenta dan semangat dalam diri Ali.

SETIAP orang punya garis kehidupan sendiri-sendiri. Banyak yang percaya itu sudah ditentukan. Begitu juga petinju legendaris Muhammad Ali yang mengembuskan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News