Kisah Nadia Nadim, Korban Taliban yang Kini Jadi Andalan Timnas Denmark
"Hal-hal yang mereka (Taliban, red) lakukan gila. Saya tidak melihat semuanya karena ibu melarang kami untuk ke luar, tapi saya bisa mendengar apa yang sedang terjadi,"
"Ketika Taliban ingin memperoleh kekuasaan di negara kami, salah satu hal yang mereka lakukan ialah membunuh orang-orang tertinggi di pemerintah, dan ayah saya salah satu korbannya," ujar Nadia.
Melarikan diri dari Afganistan
Dengan situasi berkecamuk di negara asalnya itu, ibu Nadia harus menjual barang-barang berharga miliknya. Uang hasil penjualan ini nantinya digunakan untuk mengurus paspor dan visa palsu kepada seorang penyelendup.
Awalnya mereka berencana melarikan diri ke Inggris. Namun, takdir membawa mereka secara tak sengaja ke Sandholm, Denmark. Dalam kondisi lelah setelah perjalanan berhari-hari akhirnya mereka memutuskan menetap di sana.
Di situlah momen titik balik bagi kehidupan Nadia dan keluarganya. Mereka memulai kehidupan baru di Denmark, dan Nadia mulai mengasah kemampuan sepak bolanya.
Saat itu, ia merintis karier profesionalnya bersama klub B52 Aalborg. Kemudian, ia sempat memperkuat IK Kovbakken dan Fortuna Bjorring sebelum pindah ke Amerika Serikat.
Selepas itu, karier Nadia seakan tak terbendung. Tercatat sejumlah klub besar pernah ia bela seperti Manchester City dan Paris Saint-Germain. Saat ini perempuan dengan tinggi badan 175 cm itu kembali memperkuat tim Amerika Serikat, Racing Louisville FC.