Kisah Nenek Penghuni Gua dekat Laut Kidul Berteman Anjing Bernama Bambang
“Badhe siram, Mbah? (Mau mandi, Mbah?),” tanya Jawa Pos kepada Sakijem yang terlihat membawa pasta gigi, sabun dan sikat di ember kecil.
“Njih (iya),” ujar Mbah Kijem merespons sambil berjalan ke kamar mandi dekat gua. Bambang mengikuti langkah Mbah Kijem.
Setelah Mbah Kijem kelar mandi, perbincangan pun dimulai. Semua obrolan siang menjelang zuhur itu menggunakan bahasa Jawa kromo.
Mbah Kijem menuturkan bahwa dirinya mulai tinggal di Gua Langse sejak sekitar 1968. Dia lupa bulan persisnya.
Sebelumnya Mbah Kijem tinggal di Gua Cerme, Imogiri, Bantul selama empat bulan. Menurut keyakinan Mbah Kijem, keinginannya untuk mendapatkan penghasilan akan terwujud jika berpindah ke Gua Langse.
Saat memutuskan tinggal di Gua Langse, Mbah Kijem baru berumur sekitar 18-19 tahun. Lagi-lagi dia lupa persis usianya kala itu.
Mbah Kijem datang ke gua hanya dengan berpegangan pada akar-akar pohon yang tumbuh di tebing. Menurut dia, jalan ke lokasi Goa Langse saat ini sudah jauh lebih enak karena diberi kayu-kayu untuk memanjat dan berpegangan.
“Saya di sini sejak masih tingting (perawan, red),” tuturnya mengenang lalu tersenyum sedikit genit.