Kisah Pak Guru di Tegal, Tiap Hari Seberangi 2 Sungai Besar
“Kalau (motornya) hilang ya risiko. Mau bagaimana lagi. Ini tugas negara,” ucapnya.
Makmuri mengaku tidak punya pilihan untuk melewati jalan tersebut. Sebab, jalan itu merupakan akses satu-satunya untuk menuju sekolahnya. Walau penuh tantangan, tapi Makmuri tak pernah patah arang.
Dia sudah bertekad ingin mendidik anak-anak di Pedukuhan Karangsari yang jumlah penduduknya sekitar 150 kepala keluarga (KK).
“Setiap hari saya harus berpacu dengan waktu, karena saya takut terlambat. Biasanya, saya dari rumah berangkatnya jam 5 pagi. Perjalanannya sekitar 2 jam,” imbuhnya.
Harapan yang disampaikan Makmuri di hari guru yang jatuh pada 25 November lalu, tidak banyak. Dia hanya meminta agar pemerintah memperhatikan para guru dan sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil.
Salah satunya sekolah yang dipimpinnya itu. “Semoga pemerintah membangun jembatan dan memperbaiki infrastruktur jalan untuk menuju ke sekolah kami. Itu untuk menunjang pendidikan di Pedukuhan Karangsari,” tukasnya.
Terpisah, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Tegal Bambang Romdhon Irawan mengaku sudah acapkali mengusulkan anggaran untuk peningkatan jalan dan pembangunan jembatan di desa tersebut.
Hanya saja, Pemkab setempat belum merealisasikan usulnya. “Mungkin karena anggarannya terlalu besar, sehingga belum disetujui. Harapan saya, pemerintah pusat bisa membantunya,” kata Irawan yang merupakan warga Desa Jatinegara, Kecamatan Jatinegara ini. (*/fat)