Kisah Pesawat Tempur Hawk MK-53, Sudah 35 Tahun Mengabdi Kini Resmi Pensiun
"Dan sebagai komandan squadron saya menjadi yang terakhir menerbangkan dari Madiun ke Jogja. Pesawat ini lahir disini, ke Iswahyudi dan sekarang kembali lagi ke sini," ujarnya kepada Radar Jogja.
Dalam pemeriksaan terakhir, kata Marda, Hawk MK-53 sebenarnya masih layak terbang bahkan hingga 200 jam terbang lagi. Namun mengingat kondisinya yang sudah lanjut dan saat ini telah ada pesawat pengganti T50 Golden Eagle maka setelah instruksi dari pimpinan, segera dipensiunkan.
Hawk MK-53 pertama didatangkan ke Indonesia sejak tahun 1980 dari Inggris. Dan berturut-turut sampai dengan berjumlah 20 buah di tahun 1984.
Seiring berjalannya waktu, beberapa pesawat mengalami kerusakan, ada yang dikembalikan ke pabriknya, sehingga saat ini Hawk MK-53 dengan tail number TT-5309 itu menjadi satu-satunya yang tersisa.
"Saat saya bawa dari Madiun 12 Maret 2015 lalu, pesawat ini sudah 6 bulan tidak terbang. Tapi setelah dicek ternyata mesin, hidrolik, elektrik dan keseluruhannya tidak ada masalah," terangnya.
Bersama Hawk MK-53, ia mengaku telah melalui lebih dari 1.500 jam penerbangan, hingga terjauh ke Jayapura, Papua. Termasuk juga saat terjadinya ketegangan di Timor-Timur pada 1999-2000, pesawat tersebut juga ikut dalam operasi tersebut.
Saat ini, setelah puluhan tahun mengangkasa, purna sudah tugasnya menjaga kedaulatan NKRI di udara. Hawk MK-53 hanya bisa menyapa pengunjung dan anak-anak di Museum Dirgantara TNI AU Jogjakarta. Marda berharap, sebagai saksi kejayaan TNI AU, Hawk MK-53 bisa mengilhami lahirnya penerbang-penerbang unggul di TNI AU selanjutnya. (riz)