Kisah Petani Buah Naga, Sempat Tertipu karena tak Bisa Baca Tulis, Kini...
Dua orang wanita dengan menggendong balita, menyambut ramah Cenderawasih Pos saat tiba di lokasi.
Setelah menunggu beberapa saat, Samirun pemilik lahan buah naga, tiba bersama dengan ibu Sarah, pimpinan Rumah Pintar (Rumpin) Papua Penuh Damai (Papeda) yang menjadi pembina masyarakat petani di Arso 14..
Samirun mengaku, baru beberapa hari lalu memanen untuk memenuhi permintaan supermarket di Kota Jayapura.
Awalnya, dia enggan untuk memetik buah naga masak yang masih tersisa di kebunnya, lantaran dia tidak mau mengecewakan langganan supermarket yang sudah rutin membeli buah naganya.
“Kalau dituruti, banyak yang datang ingin beli dan memetik langsung di sini,” ujarnya.
Namun karena dibujuk, rombongan Cenderawasih Pos yang sudah jauh-jauh datang, akhirnya Samirun tak tega dan mengantar untuk memetik buah naga di kebunnya sambil menceritakan usaha yang baru digeluti Samirun 2 tahun terakhir ini.
Pohon buah naga ini masing-masing tumbuh dan diikat dalam sebatang kayu balok ukuran 10 x 10 cm berdiri setinggi 1,5 meter.
Di bagian atasnya dipasang ban bekas bagian luar sepeda motor, untuk menahan juntaian batang tanaman kaktus ini. Beberapa batang terlihat bunga hijau keputihan, sebagian juga telihat buahnya yang memerah siap panen.