Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kisah Proses Operasi Tumor Otak Meningioma Selama 25 Jam

Dokter Hanya Izin Keluar untuk Salat

Minggu, 12 Oktober 2014 – 04:51 WIB
Kisah Proses Operasi Tumor Otak Meningioma Selama 25 Jam - JPNN.COM
PEMULIHAN: Kartini yang masih di ICU GBPT RSUD dr Soetomo. Dia adalah seorang pasien tumor meningioma yang menjalani operasi terlama, yaitu 25 jam. Foto: Dimas Alif/Jawa Pos/JPNN.com

Namun, karena tumornya keras, dokter harus berhati-hati ketika mengambil tumor. ’’Jadi, dalam setiap proses insisi (mengiris tumor, Red), itu selalu lama. Karena kami tidak boleh menyentuh bagian organ lain,’’ ujar dokter yang pernah mendalami pediatric surgery di Adelaide Hospital, Australia, tersebut.

Namun, operasi selama lebih dari 24 jam untuk dokter spesialis bedah saraf adalah hal biasa. Terkhir, Arifin melakukan operasi paling lama 20 jam dengan kasus serupa setahun lalu. Karena itu, diperlukan asisten dokter.

Jadi, selama proses operasi belum selesai, dokter hanya diberi waktu jeda saat makan dan salat. Handphone dokter yang selalu berdering biasanya diserahkan kepada perawat untuk menjawab setiap panggilan dengan mengatakan bahwa sang dokter sedang melakukan operasi.

’’Kalau mau masuk kamar operasi, biasanya saya menyiapkan mental bahwa operasinya akan berjalan lama,’’ imbuh dr Heri Subianto, dokter program pendidikan dokter spesialis bedah saraf yang menjadi asisten dr Arifin, kemarin.

Selain Heru, asisten lainnya, dr Ema Shofiana Azkia, mengatakan sudah terbiasa dengan proses operasi yang lama.

Istimewanya, Ema adalah perempuan di sarang laki-laki. Sebab, selama ini spesialis bedah saraf terkenal sebagai profesi yang berat untuk ditekuni dokter perempuan.

Bayangkan saja, dalam satu angkatan PPDS sebanyak 45 dokter, hanya ada lima PPDS bedah saraf yang perempuan.

Kasus tumor meningioma memang masih menjadi tren di kalangan perempuan paro baya. Kebanyakan pasiennya pun datang dalam kondisi yang sudah bergejala. Misalnya dalam kasus Kartini.

JANGAN abaikan rasa nyeri yang menyerang kepala Anda. Apalagi bila kualitas dan intensitasnya terus meningkat. Sebab, bisa jadi itu merupakan gejala

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close