Kisah Srikandi Cantik Malam Mingguan Bareng Mayat (2/Habis)
Memang itu tak logis. Tapi, siapa pun harus makfum, untuk pekerjaan seberat dan sesulit ini, pegawai harus kuat-kuat mensugesti diri. Dan Kadek, membuktikan, ia mampu melakukan itu.
“Iya, itu mungkin cara dia memanusiakan jenazah,” celetuk Kasubag Humas RSUD Kota Mataram, Lalu Hardimun yang lantas diiringi tawa.
Tugas Kadek dan dua rekannya yang lain, Nurhayati dan Heni Rahmayanti memang tidak mudah. Sebelum memasukan jenazah ke dalam Refrigerator alias mesin pendingin, ada treatment yang wajib dilakukan. Memandikan dengan menggunakan air cendana, kapur barus dan sabun.
Formalin mayat hanya dilakukan jika ada permintaan dari keluarga jenazah. Terutama jika untuk kebutuhan dikirim ke luar daerah.
“Misal kayak kemarin, ada yang dikirim ke Sumbawa, Bali dan Solo, baru diformalin biar tidak bau,” tuturnya
Meski sempat tak nyaman, kini sudah tidak ada soal lagi bagi Kadek, memandikan jenazah apakah ia perempuan atau laki-laki.
“Awalnya sempat risih juga dengan (maaf) alat vital, terutama laki-laki, tapi akhirnya terbiasa. Tidak semua jenazah saya mandikan, karena saya Hindu, khusus untuk yang Muslim maka dua rekan saya (Nurhayati dan Heni Rahmayanti) yang memandikannya,” ulasnya.
Awalnya, Kadek tidak pernah membayangkan bekerja di Kamar Mayat. Ia memang sempat bercita-cita jadi ahli kesehatan. Uniknya lagi, ketika melamar kerja di RSUD Kota Mataram, ijazah yang digunakan pun lulusan Tata Boga dari SMK Pariwisata.