Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kisah Tragis Pensiunan Polri yang Tinggal di Bekas Kandang Ayam

Senin, 25 Juli 2016 – 08:55 WIB
Kisah Tragis Pensiunan Polri yang Tinggal di Bekas Kandang Ayam - JPNN.COM
Kondisi kediaman Slamet Supu. Foto: Akhirman.Kendari Pos

jpnn.com - DARI belasan rumah yang ada di gang di Jalan Sipangjonga Kelurahan Tanganapada Kecamatan Betoambari, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara tampak sebuah gubuk tua berukuran 4 x 6 meter. Lokasi rumah berada di belakang pertokoan, yang menjadi kawasan rawan kumuh pada daerah perkotaan.

Di sanalah..Slamet Supu Yusuf (71) tinggal bersama istri dan empat anaknya. Slamet sudah lima tahun tinggal dan menjalani hidup di gubuk reyot bersama keluarganya. Dia orang pertama yang tinggal di lorong itu.

Slamet merupakan purnawirawan Polri yang pensiun tahun 1996 dengan pangkat kopral kepala. Tanda kepangkatan di Polri saat ini, kopral kepala sama dengan ajun brigadir polisi (Abrip) atau Bhayangkara Utama I. Slamet Supu tak pernah membayangkan jika masa tuanya harus dilalui dengan tinggal di sebuah gubuk tua pada tanah milik orang lain. 

Anehnya, Polres Baubau pernah menawarkan bantuan tanah dan pembangunan rumah tapi ditolak oleh pria yang memiliki sembilan anak ini. Cukup miris. Hidup Slamet Supu berada di bawah garis kemiskinan. Kondisinya sangat memprihatinkan. Tempat tinggalnya sangat tidak layak.

Gubuk yang ditempatinya adalah bekas kandang ayam yang dia bersihkan. Slamet membangun rumah dengan bahan seadanya. Menggunakan kayu bekas sebagai tiangnya. Itu pun sudah mulai digerogoti rayap.

Dinding rumahnya menggunakan tripleks dan papan bekas. Sudah mulai lapuk. Atapnya menggunakan potongan-potongan seng dan genteng bekas. Bila hujan turun, genangan air dalam rumah tidak bisa terhindarkan. Tetesan air hujan mengalir di sela atap karena sudutnya tidak beraturan. Begitu pula sebaliknya, rasa panas tidak bisa terelakkan ketika musim kemarau datang. Karena jarak atap dan lantai hanya berkisar dua meter.

"Seperti inilah kondisi saya. Tinggal bersama istri dan empat orang anak di gubuk tua. Bila hujan datang maka, rumah kami bocor dan digenangi air. Di musim kemarau, panasya seperti sedang "dimasak". Tapi, saya tetap bersyukur karena, setidaknya masih ada tempat untuk tinggal," kata Slamet Supu kepada Kendari Pos saat meyambangi kediamananya, Sabtu (23/7).

Perabotan dalam rumah juga seadanya. Tidak ada televisi dan peralatan elektronik lainnya. Yang tampak hanyalah beberapa buah piring makan, gelas, panci dan termos. Ruangannya juga begitu sempit. Hanya ada ruangan depan dan tempat tidur. Dapurnya berada di luar rumah. "Istri saya memasak menggunakan kayu bakar. Soalnya di dalam rumah sudah tidak muat lagi," ucapnya.

DARI belasan rumah yang ada di gang di Jalan Sipangjonga Kelurahan Tanganapada Kecamatan Betoambari, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara tampak sebuah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News