Kisah Veteran yang Jadi Korban Keserakahan Anak dan Menantu, Sedih di Hari Tua...
Sebenarnya sebelum keputusan membagi warisan, Donwori mengaku sempat muncul ide menggadaikan sertifikat rumah untuk mendapatkan modal bagi anak-anaknya membuka usaha wiraswasta.
Namun, lagi-lagi ketiga anaknya sambat karena tidak akan sanggup membayar cicilan utang di bank jika mereka menggadaikan sertifikat.
Akhirnya, muncul ide untuk menjual rumah dan tanah dari ketiga menantunya. Baik menantu pertama, kedua dan ketiga menyampaikan bahwa rumah sebaiknya segera dijual dan uangnya nanti dibagi rata bertiga untuk membeli rumah yang lebih kecil dan murah di Surabaya barat dan timur.
Selain itu, ketiga anak dan menantunya itu juga berjanji akan merawat Donwori yang sudah lama menduda setelah ditinggal mati istrinya pada 1988 silam. Caranya, Donwori sebulan sekali akan tinggal di rumah anak-anaknya yang satu ke yang lain secara bergantian.
"Alhamdulillah, sebulan lalu (rumah) sudah laku. Tapi bukannya ditampung di rumah anak-anak, mereka malah nyuruh saya ngekos sementara. Alasannya, uang pembelian rumah belum dibayar seluruhnya dari pembeli. Surat penetapan waris dari pengadilan agama juga belum turun," jelasnya.
Kini, mantan veteran itu hanya bisa pasrah. Dua bulan ini, Donwori mengaku hanya diberi uang Rp 2 juta oleh anak-anaknya. Uang itu digunakan untuk biaya kos dan kebutuhan sehari-hari.
"Saya ndak tahu apa kemauan anak-anak. Paling tidak sampai setahun nanti, saya paling sudah dipanggil sama Gusti Allah. Tapi kalau memang warisan itu bermanfaat bagi anak-anak, saya ikhlas kok," pungkasnya getir. (mas/jay)