Kobe, Kota yang Bangkit setelah Dihancurkan Bencana
Kembali Cantik meski Rugi Rp 900 TriliunJumat, 19 November 2010 – 08:08 WIB
Warga memang telah mengubur dalam-dalam kepedihan dan tragedi yang selalu membikin pilu tersebut. Namun, Itu tidak berarti tidak ada kenangan tentang gempa yang lebih sering dijuluki The Great Hanshin-Awaji Earthquake itu. Tujuh tahun sejak gempa yang terjadi pada 17 Januari 1995 itu, tepatnya pada April 2002, Pemerintah Prefektur (Provinsi) Hyogo dan Pemerintah Jepang mendirikan Disaster Reduction and Human Renovation Centre (DRI).
Hingga kini, pusat penelitian dan pelatihan pengurangan risiko bencana tersebut menjadi yang terbesar di dunia. Masyarakat umum juga bisa mengunjungi DRI yang juga lebih dikenal dengan museum gempa itu. "Kami ingin membagi pengalaman mengenai bencana serta memetik pelajaran untuk masa depan yang lebih baik," kata Vice Executive Director DRI Takuya Hashimoto.
Konsep DRI di Kobe itulah yang kini ditiru Indonesia dalam Museum Tsunami Aceh. Pemerintah Indonesia berambisi mengemas Museum Tsunami Aceh sebaik museum DRI di Kobe. Apalagi gempa dan tsunami Samudera Hindia yang melalap Aceh pada 2004 jauh lebih dahsyat daripada gempa Kobe 1995.