Kokpit dan Awak Kabin Beda Jenis Pilihan Fly
Sabtu, 11 Februari 2012 – 08:28 WIB
Efek amphetamin dalam sabu-sabu yang membuat pemakainya bisa lebih lama terjaga dari tidur, percaya diri dan perasaan nyaman cocok dengan ritme kerja mereka. Jadwal terbang yang padat hingga amburadulnya manajemen waktu istirahat menjadi salah satu sebab mengapa ada pilot yang menggunakan sabu.
”Kalau captain (pilot, Red) lurus-lurus saja, setelah landing dia akan langsung masuk kamar dan istirahat untuk schedule terbang berikutnya. Tapi, ada juga kan yang suka jalan-jalan dulu,’’ tuturnya. Nah, pilot yang tak bisa mengatur waktu istirahat dan sekaligus punya gaya hidup tak biasa inilah yang rawan menjadi korban narkoba. Efek sabu-sabu yang membuat penggunanya bisa terjaga lebih lama dan merasa percaya diri dinilai bisa membantu tugas mereka saat terbang. ”Jadi kayak doping gitu,” tukas Wartina.
Bagaimana dengan awak kabin? ”Sebenarnya sih sama saja. Ada yang lurus-lurus saja dan ada yang belok-belok. Sama kayak orang di luar airlines lah,” tandasnya. Kasus penangkapan awak kabin yang terjerat narkoba memang pernah terjadi. Pada April tahun lalu, seorang pramugari diciduk aparat di rumah kosnya di bilangan Jakarta Pusat. Pengadilan memberinya vonis empat tahun kurungan akibat kedapatan menyembunyikan sabu-sabu di dalam bra saat digerebek.