Kolonel Laut (S) Ivan Yulivan, Profesor Bela Diri Pertama di Indonesia
Dulu Sering Dipalak Preman, Kini Guru Para Premanjpnn.com - Gelar profesor biasanya diberikan kepada ilmuwan yang berdedikasi tinggi di bidang akademik. Namun, perkecualian bagi Kolonel Laut (S) Ivan Yulivan yang mendapatkan gelar guru besar dari jalur yang tidak biasa. Ivan dinobatkan sebagai profesor untuk ilmu bela diri karate.
BAYU PUTRA, Jakarta
DUA mok yang jong berdiri tegak di sudut ruang kerja Ivan di kompleks Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur. Peranti bela diri wing chun yang sering muncul dalam film-film laga Tiongkok itu menyambut setiap tamu di ruang kerja Ivan. Kesan yang muncul sudah jelas, si pemilik ruangan pasti pencinta seni bela diri negeri tirai bambu tersebut.
Di samping tonggak mok yang jong, sebuah meja kecil menyandar di dinding. Di atasnya dipajang tiga pedang samurai yang menandakan pemiliknya juga menggemari seni bela diri Jepang. Selebihnya, ruang kerja Ivan lebih mirip perpustakaan karena banyaknya buku yang ditata di ruangan tersebut.
Dengan tubuh tegap dan kekar, penampilan Prof Ivan sudah cukup untuk merontokkan nyali siapa pun yang bermaksud tidak baik kepadanya. Apalagi, di balik tubuh tegap itu tersimpan kemampuan bela diri yang mumpuni. Pria yang sehari-hari menjabat komandan Detasemen Markas Mabes TNI itu memang penggila seni bela diri, terutama karate. Saat ini kemampuannya ada di dan V.
Saat ditemui Jumat lalu (4/4), pria murah senyum itu antusias saat diajak berbicara mengenai gelar profesor yang baru diterimanya. Pada 31 Maret lalu Ivan dikukuhkan sebagai guru besar martial arts atau ilmu bela diri oleh World Academy of Martial Arts Philosophy and Science (WAMAPS). WAMAPS yang berkantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia, itu merupakan perwakilan dari World Organization of Mixed Martial Arts yang bermarkas di Kanada. WAMAPS mengurusi bidang bela diri Asia, sedangkan Ivan menjadi orang Indonesia pertama yang mendapat gelar tersebut. “Di dunia saya adalah profesor ilmu bela diri ke-33,” terangnya.
Penganugerahan gelar profesor itu merupakan buah dedikasi Ivan di bidang pengembangan ilmu bela diri di Indonesia. Pria kelahiran 23 November 1968 tersebut menggeluti karate sejak 1979 atau sudah 35 tahun. Versi WAMAPS, Ivan memiliki sederet pengabdian yang tinggi di bidang bela diri. Salah satunya, mendirikan Bandung Fighting Club (BFC). Klub bela diri tersebut menampung para preman dan petarung di Kota Kembang.
“Mereka (preman dan petarung) punya kemampuan bela diri, tapi tidak punya pekerjaan. Maka itu, mereka kami tampung dan arahkan agar tidak menjadi liar di jalanan,” tuturnya.