Komitmen Itu Energi Inti yang Kekuatannya Melebihi Kasih
Buat Ciputra, ambisi itu sebenarnya sudah tidak ada. Dia tidak ingin menjadi politisi, tidak ingin jadi presiden, jadi menteri, atau anggota DPR RI. Dia tidak mengejar menjadi board dari organisasi-organisasi social, profesi, apalagi politik. Tetapi komitmen hidupnya untuk memajukan negeri, dengan memperbanyak jumlah dan kualitas entrepreneur, itu tidak akan berhenti sampai kapan pun.
Sampai hal yang kecil-kecil, soal desain, soal pilihan warna, soal teste, soal flowing, soal projek developing, dan lainnya, Ciputra masih ikut memikirkan. Jangan heran kalau di rumahnya, Jalan Bukit Utama Golf, Pondok Indah, Jakarta Selatan itu masih sering ada karyawannya yang konsultasi ini-itu.
”Iya, itu namanya proses penularan. Entrepreneurship itu tidak cukup diajarkan di bangku sekolah. Ada tiga jalur yang bisa dilakukan. Pertama, penularan lewat keluarga. Kedua, mensuasanakan dalam lingkungan. Ketiga, pendidikan melalui sekolah. Di situlah virus entrepre neur ship itu dibenihsebarkan,” ungkap Ciputra.
Pertanyaannya: kita berada di mana? Sebagian dari rakyat Indonesia ini berada di bagian mana? Berapa banyak yang orang tua dan keluarga besarnya pengusaha? Yang mau menularkan ilmu usahanya kepada anak dan keluarganya? Berapa banyak tempat, lokasi, kawasan yang mendorong iklim berbisnis? Lalu, bagaimana dunia pendidikan kita mendorong entrepreneur berkembang?
”Banyak pekerjaan yang masih harus kita lakukan untuk mencetak wirausahawan baru, entrepreneur muda, yang lulus kuliah sudah menciptakan pekerjaan dan membuka lapangan kerja buat orang lain. Bukan sekadar berburu pekerjaan, menjadi PNS saja. Negeri ini kaya, dan kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ungkap Ciputra yang juga pengagum pelukis yang eksis di Jogja, Affandi Koesoema itu. (*)