Komposisi Pansel Capim KPK Seperti Itu, Apa Bisa Dipercaya?
jpnn.com, JAKARTA - Koalisi Masyarakat Sipil Anti-Korupsi menyoroti Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (Pansel Capim KPK) bentukan Presiden Joko Widodo (Jokow). Koalisi menilai komposisi Pansel Capim KPK merupakan cara Presiden Ketujuh RI itu mengompromikan kepentingan elite pendukungnya ketimbang pemberantasan korupsi.
Koalisi Masyarakat Anti-Korupsi menyatakan, semestinya Presiden Jokowi mengevaluasi kinerja sejumlah anggota pansel terdahulu. Alasannya, pada periode kepemimpinan KPK saat ini terdapat banyak masalah internal yang kian mengkhawatirkan.
"Termasuk aspek rekam jejak dilihat dari integritas maupun sikap atau posisi mereka terhadap kelembagaan KPK," demikian pernyataan Koalisi Masyarakat Sipil Anti-Korupsi dalam siaran persnya, Sabtu (18/5). Baca juga: Ini Susunan Pansel Capim KPK, Yenti Ganarsih jadi Ketua
Koalisi menyoroti beberapa nama di Pansel Capim KPK yang memiliki kedekatan dengan Mabes Polri. Menurut koalisi, hal itu memicu kecurigaan adanya kehendak untuk mempertahankan kontrol elite kepolisian atas KPK.
Padahal, KPK dibentuk untuk menjalankan fungsi triger bagi penegak hukum lainnya. "Dikhawatirkan, kepentingan ini dapat menganggu independensi KPK dalam memberantas korupsi," ujarnya.
Dari berbagai catatan itulah koalisi menganggap Presiden Jokowi tidak memiliki imajinasi besar dalam agenda pemberantasan korupsi. Target untuk meningkatkan Corruption Perception Index (CPI) Indonesia sulit diharapkan tercapai dengan komposisi Pansel Capim KPK yang ada.
Koalisi menilai Presiden Jokowi mendua dalam sikapnya untuk lebih all out pada periode kedua kepemimpinannya. Meskipun publik masih harus menunggu hasil final rekapitulasi KPU, kemungkinan besar Jokowi terpilih kembali sebagai presiden.
"Semestinya momentum ini dimanfaatkan presiden untuk dapat meminggirkan berbagai desakan dan kepentingan segelintir elite, arena sikap akomodatif atas hal ini justru dapat mengancam agenda pemberantasan korupsi," kata koalisi.