Kondisi Korban Lion Air JT610 Lebih Parah dari AirAsia 2014
Sebenarnya, lanjut dia, untuk mengetahui betapa parahnya kecelakaan berdasar kondisi jenazah, itu bisa dilakukan. Namun, selama ini metode tersebut belum pernah dilakukan secara riil. "Sebab, biasanya ini untuk kepentingan perusahaan pembuat pesawat. Dalam konteks perbaikan desain agar lebih aman," paparnya.
Dia menuturkan, kecelakaan itu memberikan kesadaran betapa pentingnya data antemortem bagi penumpang pesawat. Bila tak bisa sepenuhnya untuk penumpang, setidaknya perlu dibuat regulasi yang mewajibkan data antemortem bagi yang berprofesi high risk seperti TNI, Polri, atau pegawai yang pekerjaannya memiliki potensi kecelakaan.
Sementara itu, Wakil Kepala RS Polri Kombespol Haryanto mengatakan, dari 189 korban jatuhnya Lion Air, hingga kemarin baru didapatkan 152 sampel DNA. Dengan begitu, masih ada 37 keluarga penumpang yang belum bisa diambil sampel DNA-nya. "Kemungkinan ada dua sebab," ujarnya.
Pertama, satu keluarga menjadi korban di pesawat nahas itu. Kedua, keluarga yang akan diambil sampel DNA tidak datang. "Data dari tim antemortem itu setidaknya ada dua keluarga yang semua keluarga inti menjadi korban. Dari ayah, ibu, dan anak," tuturnya.
Satu keluarga berisi empat orang dan satu keluarga lainnya berisi tiga orang. Total, ada tujuh orang dari dua keluarga yang menjadi korban. "Kami masih berupaya," papar polisi dengan tiga melati di pundaknya tersebut. (idr/c6/agm)