Konflik Bisa Merembet
Desak Polri Ditarik ke KemendagriSabtu, 17 Desember 2011 – 05:05 WIB
Dalam menangani konflik, masyarakat adat kerap menjadi korban kriminalisasi. Bentuknya, setiap ada masyarakat adat yang wadul ke polisi jika tanahnya diserobot perusahaan sawit, malah masyarakat yang dijadikan tersangka. Alasannya, mereka telah menghalang-halangi usaha dan perusakan aset perkebunan. "Jadi masyarakat adat lapor, disusul perusahaan juga lapor. Tapi posisi yang diunggulkan selalu perusahaan," tutur Mukri.
Di tengah ramainya pemberitaan pembantaian di perkebunan sawit Mesuji, WALHI mengeluarkan beberapa tuntutan kepada pemerintah. Diantaranya, mendesak Kapolri agar segera menarik seluruh pasukan Brimob dari dalam area perkebunan sawit. Setelah itu, menjatuhkan hukuman berat bagi pelaku penembakan sejumlah petani.
Desakan selanjutnya adalah, WALHI meminta supaya jajaran Polri ditarik masuk ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Menurut Mukri, wewenang polisi saat ini sudah terlalu berlebihan ketika bertugas menjaga area perkebunan sawit. "Ingat, jika memang hutan untuk perkebunan itu dikelola pemerintah melalui Kementerian Kehutanan, sekarang sudah ada Polisi Hutan," tandasnya.