Konon Rupiah Kian Terjepit Jika Elektabilitas Jokowi Melejit
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono menyatakan, makin tinggi elektabilitas Joko Widodo - Ma'ruf Amin berdasar hasil survei akan berdampak negatif bagi nilai tukar rupiah. Menurutnya, hasil survei yang mengunggulkan duet berjuluk Jokowi - Ma’ruf itu tak mencerminkan keinginan pasar karena kurs rupiah terus melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (USD).
Arief mengatakan, di negara-negara penganut sistem demokrasi, kinerja ekonomi pemerintah petahana menjadi ukuran. Oleh karena itu kinerja ekonomi memiliki hubungan erat dengan elektabilitas petahana di pemilihan presiden (pilpres).
Arief justru mencurigai sejumlah lembaga survei yang mengunggulkan Jokowi dengan elektabilitas tinggi. “Belajar dari lima lembaga survei yang menyatakan elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf Amin selalu leading patut dicurigai," kata Arief, Selasa (9/10) dalam keterangannya.
Anak buah Prabowo Subianto di Gerindra itu lantas membeber sejumlah bukti untuk memperkuat asumsinya. Pertama, kelima lembaga survei opini tersebut pada Mei 2018 diundang ke Istana Negara.
"Artinya, ada pesan-pesan khusus alias pesanan survei, serta tidak independen," katanya.
Arief menambahkan, Gallup yang dikenal sebagai kampiun lembaga survei di AS tidak pernah mau diundang presiden petahana. "Beda sama lembaga survei di Indonesia ya," kritiknya.
Kedua, lanjut Arief, hasil survei mereka tidak simetris dengan trust dari pelaku pasar internasional dan lokal terhadap kinerja ekonomi Presiden Joko Widodo. Menurut Arief, hal ini gampang sekali untuk dibuktikan.
Misalnya, para pemegang obligasi atau surat utang Indonesia mulai melepas besar-besaran. Akibatnya terjadi capital flight besar-besaran serta ketidakpercayaan para eksportir dan perusahaan penghasil devisa untuk menahan USD di dalam negeri.