Konsumen Dalam Negeri Lebih Berminat kepada Kendaraan PHEV
jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Senior Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Riyanto melihat konsumen di dalam negeri lebih berminat kepada kendaraan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), sebelum memasuki era kendaraan listrik murni.
Besarnya minat masyarakat terhadap PHEV terlihat dari ludesnya penjualan Nissan Kicks e-Power dalam lima hari sejak diluncurkan pada September 2020.
"Kalau dalam waktu ini saya milih hybrid atau plug in hybrid. Tetapi dalam jangka panjang kalau ekosistemnya ada, kita bisa pindah langsung ke BEV (Baterai Electric Vehicle)," ujar Riyanto dalam diskusi virtual Peluang dan Tantangan Mobil Listrik di Indonesia, Kamis (26/11).
“Untuk produk hybrid maupun plug in hybrid insentifnya hanya pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Kalau dilihat, dari insentif PPnBM produk hybrid sebenarnya sudah sangat kompetitif dan kedepannya produk hybrid dan plug in hybrid pasti berkembang," imbuh Riyanto.
Berdasarkan uji coba yang dilakukan peneliti di Universitas Indonesia di kawasan perkotaan, emisi kendaraan PHEV hampir sama seperti mobil listrik murni.
“Selama simulasi, BBM-nya terpakai kecil banget dan digerakkan oleh baterainya. Plug in hybrid ini mirip dengan full baterai karena kalau di dalam kota pembakarnya tidak berfungsi," papar Riyanto.
Sedangkan Kepala Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Hari Setiapraja menilai belum berkembangnya mobil listrik di Indonesia banyak dipengaruhi berbagai faktor.
Mulai dari kecukupan pasokan listrik, pengolahan limbah baterai, hingga ketersediaan charge station.