Korsel Keras, Korut Melunak
Mulai Muncul Sinyal DiplomasiRabu, 01 Desember 2010 – 13:30 WIB
"Kami tidak mengecilkan arti dialog enam negara itu sendiri. Tapi, saat kita kembali berunding, perundingan itu harus bisa melahirkan tindak lanjut dari kesepakatan sebelumnya. Itu syarat wajib," tegas pengganti Katsuya Okada tersebut. Dengan demikian, kata dia, dialog itu tidak akan menjadi perundingan sia-sia, yang hanya bertujuan mengalihkan perhatian dunia dari insiden di Pulau Yeonpyeong.
Belakangan, Tiongkok melunak. Jika pekan lalu pemerintahan Presiden Hu Jintao itu sempat mengancam bakal menindak Korsel atas latihan militer gabungannya dengan Amerika Serikat (AS), kini Beijing memilih jalur diplomasi. Hu berusaha mencairkan ketegangan Semenanjung Korea lewat dialog. Apalagi, Korut memperkeruh suasana dengan mengumumkan aktivitas nuklirnya di reaktor pengaya uranium.
"Korut dan Tiongkok, tampaknya, ingin meredam krisis lewat jalur diplomasi. Tapi, Korsel dan AS justru lebih memilih metode hukuman dan tekanan. Sepertinya, mereka ingin berkata, 'Mengapa kita harus bernegosiasi saat ini?'," papar Kim Keun-sik, analis Korut pada Kyungnam University di Seoul, seperti dilansir Associated Press. Perbedaan langkah itulah, menurut dia, yang membuat dua Korea tetap bersitegang. (hep/dos)