Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kota Kreatif Harus Punya Inkubator Start Up Company

Minggu, 03 April 2016 – 04:05 WIB
Kota Kreatif Harus Punya Inkubator Start Up Company - JPNN.COM
Menpar Arief Yahya. Foto: Dok.JPNN

Apa saja yang harus di validasi? Dari start up company? Jawabannya, dari level yang paling basic! Dari nurturing creativity, selecting, value validation, costumer validation, product validation, sampai ke business model validation, dan berakhir di market validation. 

“Pilih berdasarkan nilai keekonomian. Itulah intisari dari comparative strategi, atau C yang pertama dari 3C (comparative, competitive, dan cooperative, red) itu,” kata Arief Yahya.

C kedua adalah Competitive Strategy, apakah produk yang didesain dan diproduksi itu bisa bersaing dengan produk sejenis yang sudah eksis terlebih dahulu? Plus minus produk kita, dilawankan plus minus produk competitor. Harus memilih strategi apa untuk memenangkan pertarungan?

C yang ketiga adalah cooperative atau kolaboratif strategi, bergabung dengan sesama perusahaan startup? Atau bergabung dengan perusahaan lintas industri? Istilahnya “join the winner.” 

Contohnya, Cristiano Ronaldo itu cuma satu, Messi juga hanya satu, Tuhan tidak menciptakan dua orang yang sama di satu posisi striker atau pencetak gol. Tetapi apakah itu berarti Tuhan tidak ingin ada orang lain bisa bermain bola?

“Jawabnya, pasti: tidak! Anda masih boleh bermain bola, tetapi kalau bersaing dengan 2 pesepakbola di La Liga itu, ya jangan berebut dengan mereka di posisi yang sama? Kan masih ada bek kiri, bek kanan, kiper, stopper, libero, playmaker, yang tidak mereka mainkan? Itulah pentingnya membuat posisioning? Dari sini pula, jangan membuat sesuatu dari nol,” jelas Menpar Arief Yahya.

Ingat, hanya 1,5 persen startup yang berhasil mendapatkan pinjaman modal dari bank? Atau fundable, dipercaya bank untuk memperoleh pinjaman? Dari 20 startup yang terlahir, hanya 1 startup yang berhasil? Tingkat kegagalan 95%. Itu juga kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Shikhar Gosh, dari Harvard Business School.

Di semua industri kreatif, kata Arief, bukan hanya startup digital, rumus itu masih bisa berlaku di bidang lain. Misalnya di fashion, merancang mode, menciptakan konsep, harus dites bagaimana selera pasar, harus berangkat dari basic mode yang menjadi trend disukai orang. Sebelum diproduksi, dipromosikan dan dipasarkan ke publik, harus dites atau divalidasi terlebih dahulu. Itu juga terjadi di kuliner, IT, aplikasi, craft, publishing, design, film, digital, dan lainnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close