Krisis Air, Jamaah Bertayamum untuk Salat
jpnn.com - MOJOKERTO - Kekeringan saat ini juga melanda Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto. Ratusan warga yang tinggal di dua rukun tetangga (RT) Dusun Kunjorowesi, Desa Kunjorowesi, harus bertayamum (bersuci dengan debu) saat hendak menunaikan salat.
Mereka tidak bisa berwudu dengan air karena wilayah itu dilanda kekeringan selama lebih dari dua bulan terakhir. Ironisnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto belum mengerahkan bantuan air bersih hingga saat ini.
Menurut Wagiyo, 66, kepala Dusun Kunjorowesi, sudah dua bulan terakhir ini warganya dilanda kekeringan. "Saat ini kami benar-benar miskin air. Buat kebutuhan sehari-hari seperti minum dan masak saja sudah sulit, apalagi buat mandi dan mencuci baju atau berwudu," tutur dia kemarin (11/7).
Wagiyo mengungkapkan, saat ini ratusan warga di RT 5 dan 6 Dusun Kunjorowesi harus bertayamum ketika akan menunaikan salat. "Mau gimana lagi, wong memang tidak ada air. Pemerintah sampai saat ini juga belum memberi bantuan air bersih," kata dia.
Dia mengakui bahwa kondisi dan situasi seperti itu sudah biasa dihadapi warga. Namun, Wagiyo tetap berharap setidaknya ada perhatian dari Pemkab Mojokerto.
Wagiyo menyebutkan, sebenarnya ada rencana pembuatan sumur bor di sekitar Dusun Kunjorowesi. Beberapa bulan lalu ada pengecekan kondisi tanah untuk rencana itu. Namun, sampai saat ini rencana tersebut tak kunjung diwujudkan. "Sebagian warga ya terpaksa ambil air dengan jeriken ke Sumber Tetek dengan menggunakan motor. Itu pun belum bisa mencukupi," jelasnya.
Sementara itu, Amsiah, warga lain, mengatakan bahwa krisis air selalu terjadi di wilayahnya setiap tahun. Penggunaan air harus sangat diirit atau ekstrahemat. "Kadang ya cuma mandi sekali dalam tiga hari. Jika tidak begitu, dari mana air untuk memasak," tuturnya. (ori/mas/dwi)