Krisis Solar Berlanjut, Nelayan Kelimpungan

LHOKSEUMAWE –  Kelangkaan solar yang terjadi pada Stasiun Pengisian Diesel Nelayan (SPDN) No, 19.609.243, Desa Pusong Baru, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Aceh,  terus berlanjut.  Sehingga mengakibatkan nelayan di daerah tersebut harus menunda aktivitas melautnya.
 
Amar Jufri, pengelola SPDN setempat mengatakan, sejak diberlakukan pembatasan solar oleh pemerintah, pihaknya mengaku hanya  mendapatkan  sebanyak 115 ribu liter per harinya.  Padahal untuk sehari pihaknya membutuhkan sebanyak 145 ribu liter solar.
 
“Semenjak diberlakukan kebijakan tersebut, banyak nelayan tidak kebagian bahan bakar solar untuk menghidupkan kapal mereka. Sementara untuk membeli di SPBU umum lainnya, tidak diberikan, karena tidak ada surat rekomendasi dari pihak dinas terkait,” ungkapnya, Sabtu (30/8).

Pihak pertamina belum dapat dikonfirmasi terkait kondisi tersebut. Sebelumnya, sejak tiga hari terakhir ratusan kapal  nelayan di Kota Lhokseumawe tak bisa turun melaut. Hal tersebut dikarenakan persediaan Biosolar di Stasiun Pengisian Diesel Nelayan (SPDN) No, 19.609.243, Desa Pusong Baru, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, habis.
 
Menurut para nelayan yang di jumpai di pusat pelelangan ikan (PPI) Pusong, Lhokseumawe, semenjak diberlakukan pembatasan penjualan bahan bakar minyak subsidi jenis solar oleh pemerintah dalam beberapa pekan terahir, tidak hanya membuat para nelayan harus mengeluarkan biaya yang mahal untuk membeli bahan bakar kapal mereka.  Tetapi kebijakan pemerintah tersebut juga membuat bahan bakar tersebut langka di pasaran, baik SPDN maupun SPBU umum lainnya.
 
“Kelangkaan ini sudah terjadi sejak tiga hari yang lalu, namun sebagian boat yang mempunyai stok solar masih melakukan aktivitas nya, tapi sudah tidak pergi terlalu jauh,” ungkap T Ronald (37), masyarakat nelayan saat di jumpai Rakyat Aceh (Grup JPNN). (val)