Kritikan PAN untuk Ajakan Jokowi agar Petani Tanam Jengkol
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Viva Yoga Mauladi menilai ajakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada para petani agar menanam petai dan jengkol bukanlah solusi di tengah menurunnya harga tanaman kelapa sawit. Sebab, cara bertanam petai dan jengkol berbeda dibandingkan kelapa sawit.
“Ya tidak menjadi solusi. Masa bisa petani sawit menanam jengkol dan petai?” kata Viva di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/12).
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengatakan, kalau harga kelapa sawit turun maka yang seharusnya dicari adalah akar masalahnya. Viva lantas menyinggung penggunaan dana hasil pungutan atas ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya yang mencapai Rp 11 triliun.
“Perlu evaluasi penggunaan alokasi dana itu yang Rp 11 triliun per tahun. Jangan semua digunakan untuk biodiesel,” kata Viva.
Dia menambahkan turun naiknya harga kelapa sawit itu juga tergantung pada kurs dunia internasional. Viva pun mengusulkan agar sebagian besar dana dari hasil pungutan ekspor CPO digunakan untuk penelitian pengembangan (litbang) dan penanaman ulang atau replanting.
Karena itu Viva menegaskan, solusi bagi penurunan harga minyak sawit bukan menggantinya dengan menanam komoditas pertanian lainnya. “Solusinya perbaikan harga, kemudian evaluasi alokasi dana pungutan jangan semua buat biodiesel, tapi buat replanting, litbang, perbaikan lingkungan,” ungkap Viva.
Sebelumnya Presiden Jokowi menyarankan kepada masyarakat yang sebelumnya bertani kelapa sawit agar beralih menanam jengkol dan petai di tengah menurunnya harga. Menurut dia, kelapa sawit sangat sulit menjangkau harga tinggi, karena banyaknya hasil perkebunan tersebut.
Menurut Jokowi, ada baiknya menanam kopi, kulit manis, jengkol, dan petai karena harganya jualnya tinggi. “Jangan permasalahkan jengkol dan petainya, namun harganya dilihat terjangkau,” ungkapnya.(boy/jpnn)