Kuburan Massal Korban Pembantaian 1965 Dipasangi Nisan
Sri Murtini mengaku tak bisa menghapus ingatan atas detik-detik tragedi kejam 1965 silam. Ayah tercintanya dibawa oleh sekelompok orang tak dikenal.
”Saat itu, saya masih duduk di bangku SD. Saya masih ingat betul saat ayah saya dibawa oleh sekelompok orang,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Dia baru mengetahui bahwa ayahnya terkubur di makam itu setelah diberitahu oleh keluarga korban yang mengalami nasib sama. ”Baru belakangan mengetahui ayah saya dimakamkan di sini,” ujarnya.
Keluarga korban lain, Eko Sutekno menyampaikan rasa terima kasih kepada sejumlah aktivis HAM dan sejumlah pihak yang akhirnya meresmikan batu nisan tersebut. Dikatakannya, sebelumnya, pihak keluarga saat hendak ziarah ke makam tersebut harus sembunyi-sembunyi karena malu.
”Saat ini, kami selaku keluarga korban bisa ziarah ke makam sini dan tidak sembunyi-sembunyi lagi. Saya pribadi mengucapkan banyak terima kasih,” ujarnya.
Sedangkan Mbah Supar, 79, warga Kampung Dukuh warga RT 6 RW VII, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, yang mengaku sempat memegang senter dalam proses pembantaian tersebut, mengatakan kejadian diperkirakan terjadi antara bulan November-Desember 1965. Mbah Supar mengatakan, saat itu dia hanya menyaksikan saja dan tidak paham dengan maksud pembantaian itu.(jpnn)