Kukuhkan DPP FA-BEM, Bamsoet Ajak Wujudkan Pemilu Damai dan Bahagia
Ketua DPR RI ke-20 itu menjelaskan, sebagian besar pemuda di Indonesia memiliki latar belakang pendidikan tingkat menengah ke bawah.
Menurut data BPS, pada 2022 jumlah lulusan SMA tercatat sebesar 39,6 persen, dan lulusan SMP sebesar 35,78 persen.
Sementara itu, jumlah lulusan perguruan tinggi hanya mencapai 10,97 persen. Kondisi ini jika tidak disikapi dengan bijaksana, sedikit banyak akan mempengaruhi terjadinya gradasi dalam kualitas pilihan politik generasi muda.
"Tingginya antusiasme pemuda untuk berpartisipasi pada Pemilu 2024, tidak serta merta berbanding lurus dengan minat mereka untuk bergabung dengan partai politik. Tercermin dari hasil survei bahwa hanya 13,6 persen pemuda yang menyatakan tertarik bergabung dengan partai politik, dan hanya 1,1 persen yang sudah benar benar berafiliasi dengan partai politik," jelas Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI menerangkan, literasi politik mayoritas pemuda pun masih belum 'mapan'.
Narasi terhadap politik lebih banyak dibentuk dan dipengaruhi oleh sumber 'sekunder' misalnya media sosial.
Mengindikasikan belum optimalnya peran partai politik maupun organisasi sosial kemasyarakatan dalam melaksanakan pendidikan politik kepada generasi muda.
"Masih ada paradigma yang memandang keterlibatan pemuda pada Pemilu, sekadar dikaitkan dengan dorongan untuk meningkatkan partisipasi politik. Pemuda hanya dimaknai sebagai obyek untuk menghimpun suara," terang Bamsoet.