Kunjungan Tak Bersahabat Erdogan ke Yunani
jpnn.com, ATHENA - Kunjungan seorang kepala negara ke negara lain biasanya diwarnai hal-hal positif seperti persahabatan, persatuan dunia, kemanusiaan dll. Tapi itu semua nyaris tak terlihat saat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berkunjung ke Athena, Yunani, Kamis (7/12) lalu.
Itulah kunjungan pertama kepala negara Turki ke Yunani, dua negara bertetangga yang kerap bersitegang, dalam 65 tahun terakhir.
Pemerintah Yunani di bawah Perdana Menteri Alexis Tsipras sangat berharap kunjungan itu akan meredakan ketegangan sekaligus meningkatkan kerja sama antar kedua negara.
Tapi, apa yang terjadi? Mengutip The Guardian, hanya berselang sejam setelah turun dari pesawat dan beramah tamah, Erdogan langsung membombardir Yunani dengan pernyataan-pernyataan yang membuat telinga mereka panas.
Yang dibahas pertama adalah Kesepakatan Lausanne yang ditandatangani pada 1923. Kesepakatan itu merupakan pembagian wilayah pasca Perang Dunia I dan tonggak berdirinya Turki modern.
Menurut Erdogan, kesepakatan itu sudah tua dan perlu diperbarui. Sebab, yang terlibat di dalamnya bukan hanya Yunani dan Turki. Tapi, juga beberapa negara lain seperti Jepang.
Pemimpin 63 tahun tersebut ingin pembaruan kesepakatan bisa melindungi minoritas Turki di wilayah utara Yunani. Erdogan berpendapat bahwa mereka masih didiskriminasi.
”Anda tidak akan menemukan perlakuan seperti itu pada penduduk Yunani di Turki,” ujar Erdogan kepada Presiden Turki Prokopis Pavlopoulos yang menyambutnya.