Kunjungi Muhammadiyah, Prabowo Puji Peran Ormas
jpnn.com - JAKARTA - Tiga bulan menjelang pemilu legislatif, partai politik makin rajin berkomunikasi dengan berbagai elemen. Rabu, (8/1) Partai Gerindra menyambangi salah satu ormas besar di tanah air, Muhammadiyah.
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mengungkapkan, kunjungan tersebut hanya merupakan bentuk silaturahmi. Dia menampik tengah menjajaki figur-figur yang berpotensi menjadi pasangannya sebagai cawapres. Termasuk, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. "Kami terus melakukan brainstorming. Yang jelas, kami ingin putra-putri terbaik bangsa," ujar Prabowo di kantor PP Muhammadiyah.
Dia menyatakan, seorang Wapres diibaratkan harus satu detak jantung dengan presidennya. Figur itu juga harus mempunyai kapabilitas sebagai pemimpin dan memiliki komitmen terhadap kemajuan bangsa. "Saya kira banyak kader Muhammadiyah yang memenuhi syarat itu. Begitu juga kader dari organisasi lain," terang Prabowo.
Mantan Danjen Kopassus itu mengungkapkan, sebagai organisasi besar, Muhammadiyah sangat berperan dalam perjalanan bangsa Indonesia. Selain itu, Muhammadiyah memiliki pemikiran kebangsaan menuju Indonesia yang sejahtera, berdaulat, adil, dan makmur.
Karena itu, kata Prabowo, tidak mengherankan jika banyak kader Muhammadiyah yang berkiprah di panggung nasional. Bahkan, beberapa kader Gerindra yang kemarin mendampingi Prabowo memiliki hubungan dengan Muhammadiyah. Misalnya, Ketua Umum Partai Gerindra Suhardi, Waketum Fadli Zon, dan Sekjen Ahmad Muzani.
Prabowo mengungkapkan, Gerindra memandang ormas-ormas seperti Muhammadiyah memiliki peran dalam kehidupan bernegara. Karena itu, dalam pengambilan keputusan tertentu, kader-kader Gerindra diminta lebih dulu berkonsultasi dengan para tokoh seperti NU dan Muhammadiyah. "Dalam mengambil keputusan, harus berkonsultasi dengan tokoh-tokoh yang secara formal tidak punya kewenangan politik. Ini tradisi yang kami bangun," tegasnya.
Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyatakan, dirinya tidak merasa kunjungan Prabowo bersama jajaran Partai Gerindra tersebut merupakan bentuk penjajakan. Begitu juga upaya meminta dukungan dari Muhammadiyah secara organisasi. "Muhammadiyah tidak berafiliasi dengan partai tertentu dan tidak ikut dalam politik praktis," ujarnya.
Terkait dengan kepemimpinan nasional mendatang, Din mengungkapkan, berdasar putusan sidang tanwir Muhammadiyah, selain kriteria normatif, Muhammadiyah mengajukan beberapa kriteria tambahan. Yakni, pemimpin bangsa diharapkan bisa menjadi pengayom bangsa yang majemuk serta pemimpin yang berkarakter problem solver, risk taker, dan memiliki komitmen moral. (fal/c5)