Kurang Murid, 12 SD di Madiun Kukut
jpnn.com - MADIUN – Niat Pemerintah Kota Madiun membuat pengelopokan ulang (regrouping) sekolah dasar (SD) yang minim murid tampaknya segera terealisasi. Setidaknya, 12 SD masuk daftar rencana penggabungan. Sebab, dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), pendaftarnya kurang dari 20 anak.
Jika itu terealisasi, sebagian sekolah yang masuk daftar regrouping tersebut bakal tamat. “Pada 2002, jumlah SD di kota ini berjumlah 138 sekolah, lalu di-regrouping menjadi 58. Nah, kalau sekarang akan di-regrouping kembali, jumlahnya makin sedikit,” tutur Kepala Dinas Dikbudpora Madiun, Suyoto, Senin (14/7).
Suyoto menegaskan, belasan SD itu patut dimasukkan dalam daftar regrouping. Sebab, tenaga yang dikeluarkan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan operasi terancam tidak efisien karena minimnya siswa.
“Seperti sekolah yang siswa barunya hanya tiga atau kurang dari sepuluh anak itu, bagaimana listrik dan penempatan gurunya. Kira-kira efektif atau tidak?” ujarnya.
Pernyataan Suyoto tersebut sekaligus menepis kekhawatiran rencana regrouping yang hanya didasarkan pada pertimbangan masa depan sertifikasi guru. Dia menegaskan, efisiensi waktu, tenaga, biaya, dan sumber daya manusia juga menjadi pertimbangan utama. ’’Regrouping itu tidak semata-mata mengenai sertifikasi guru saja,’’ tegasnya.
Terkait dengan penataan guru, Suyoto menyebut dinas dikbudpora bakal memikirkan lebih lanjut teknisnya. Yang jelas, kata dia, dalam regrouping nanti, diupayakan agar sebisa mungkin tidak merugikan pihak-pihak yang terkait.
“Tidak ada kebijakan yang bisa memuaskan semua pihak. Tetapi, kami tetap berupaya menata sedemikian rupa, baik guru maupun tenaga administrasi,’’ ujarnya.
Jumlah siswa baru SD di kota, lanjut dia, memberikan peluang bagi peserta didik luar daerah. Pada PPDB tahun ini, di antara total 669 siswa baru, 237 atau 35,4 persen berasal dari luar kota. ’’Bahkan, ada beberapa sekolah yang siswanya didominasi anak luar kota. Itu disebabkan calon siswa dari dalam kota mulai berkurang,’’ ucapnya.